Jodoh ada di tangan-Nya. Kalau Anda tidak mau meminta
kepada-Nya maka wajar saja jika jodoh Anda akan selalu di tangan-Nya. Tapi
janganlah meminta jodoh kepada-Nya dengan memaksakan kehendak diri. Seperti
"Ya Allah, jika ia jodohku maka mudahkanlah, jika ia bukan jodohku maka
jodohkanlah, jika ia sudah berjodoh dengan orang lain maka putuskanlah, lalu
jodohkanlah ia denganku" Apalagi sampai berdo'a agak mengancam "Ya
Allah, jika ia jodohku maka terimalah ia di sisiku. Dan jika ia bukan jodohku
maka terimalah ia di sisi-Mu. Aku ikhlas ya Allah, mendingan aku atau dia yang
mati, daripada aku melihatnya hidup bersama yang lain"
Na'udzubillaahimindzaalik Tapi cobalah berdo'a untuk mendapatkan jodoh terbaik
dengan do'a yang penuh kesantunan, do'a yang membuat Allah tambah sayang
kepadamu. Contohnya seperti berikut : "Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Teliti, pertemukanlah aku dengan jodoh yang akan membaikkanku, dan
jadikanlah aku sebagai jodoh yang pantas bagi orang-orang yang baik" Atau
jika Anda sudah punya target yang jelas, maka bolehlah Anda berdo'a "Ya
Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, aku mencintai-Mu, tapi kini
cintaku pun melekat pada hamba-Mu yang itu (sebutkan namanya), maafkanlah aku,
ampunilah aku, lepaskanlah cintaku darinya agar aku bisa lebih utuh
mencintai-Mu. Jika ia jodohku, mudahkanlah aku untuk bersamanya, sehingga aku
kembali fokus kepada-Mu. Dan jika ia bukan jodohku, mudahkanlah aku
melupakannya, dan kuatkanlah cintaku kepada-Mu. Dan mudahkanlah aku untuk
semakin mencintai-Mu". Aamiin Jodoh itu mengenai keseimbangan, dan bukan
sekedar mengenai kecocokan dalam selera saja. Dan keseimbangan itu meliputi
"persamaan" dan "perbedaan". Contoh sederhana, sendal kiri
berjodoh dengan sendal kanan. Persamaannya : sama-sama sendal dengan bahan
dasar yang sama dan merek yang sama. Perbedaannya : bentuknya berbeda,
peruntukkannya pun berbeda. Sendal kiri untuk kaki kiri dan sendal kanan untuk
kaki kanan. Ketika sendal kanan melangkah ke depan maka sendal kiri akan
menjaga keseimbangan; yakni tetap berada di belakang. Begitupun sebaliknya.
Tidak indah kan jika sendal kiri dan kanan berjalan bersamaan. Kayak pocong
dong hehe. Tugas memang berbeda, tapi tujuannya tetap sama. Akan terjadi
bencana jika sendal kiri mulai ogah berada di bawah kaki kiri, yakni tatkala ia
mulai "cemburu" dengan sendal kanan yang selalu didahulukan dalam
bergerak. Akhirnya sendal kiri pun mulai kehilangan jati dirinya, sebab ia
lebih memilih memperturutkan hawa nafsunya. Tidakkah mereka takut jika di
Akhirat Allah bertanya : "Hai sendal kiri, engkau sungguh sombong dan
kufur nikmat, Aku telah menciptakanmu sebagai sendal kiri, tapi engkau enggan
berperan sebagai sendal kiri dan malah sibuk menganggu sendal kanan hingga
terjadilah kekacauan karena ulahmu". Atau bisa saja si sendal kiri sudah
menganggap sendal kanan tak lagi becus berfungsi sebagai sendal kanan, dan si
sendal kanan pun sudah menganggap sendal kiri tak lagi becus berperan menjadi
sendal kiri. Dan mereka pun saling menyalahkan dan mengancam. Akhirnya sendal
kanan dan sendal kiri pun bertukar posisi. Siapa tahu dengan bertukar posisi
akan menyelesaikan masalah. Tapi justru dengan pertukaran poisisi itulah yang
menambah rusaknya cara "berjalan kaki" di alam semesta ini. Nah, begitulah
kira-kira pengibaratannya antara suami dan istri. Jika para suami mulai
mengambil tugas para istri dan para istri mulai mengambil tugas para suami,
maka hancurlah rumah tangga di semesta ini. Keluarga yang dibangun tidak akan
berjalan seimbang.. So, jika Anda wanita maka belajarlah menjadi wanita yang
utuh, dan jika Anda pria maka jadilah pria yang utuh. Jangan sampai rumah
tangga (keluarga) hancur karena kita salah mengambil peran, pria seperti wanita
dan wanita seperti pria. Inilah pentingnya kita harus paham ilmu berumah
tangga. Hancurnya rumah tangga berefek kepada hancurnya pendidikan anak-anak,
hancurnya pendidikan akan membuat hancurnya karakter, hancurnya karakter akan
menghancurkan sebuah Negara. Ingatlah bahwa Negara menjadi kuat dimulai dari
keluarga yang seimbang, bukan dari lembaga pendidikan yang disetir oleh
kurikulum yang gak jelas. Maka jangan serahkan sepenuhnya anak-anak Anda kepada
lembaga pendidikan lalu Anda merasa terbebas karena sudah menukar kewajiban
Anda mendidik Anak-anak Anda dengan uang SPP.
Misalkan Anda anggap suami Anda terlalu lemah sebagai pemimpin keluarga, alias suami Anda kurang memiliki ketegasan dalam banyak hal sehingga sering ditipu oleh kliennya... Maka bantulah suami Anda bersikap tegas dengan cara yang santun. Misalkan melalui nasehat yang Anda berikan kepada anak Anda di hadapannya "anakku yg shalih, ibu yakin kamu bisa sukses, yg penting kamu tegas dan tetap bertawakal kepada Allah, dahulukan kebenaran daripada logikamu. Hilangkan ketakutanmu, Allah bersama orang-orang yang benar" Gak masalah anak Anda yg kecil itu kurang paham nasehat Anda, yang penting suami Anda paham toh..hehe Atau, Jika suami Anda belum pandai mencari nafkah maka semampu Anda berikan ia contoh "cara cari duit". Tunjukkan semangat Anda. Namun demikian, tetaplah Anda tidak boleh meninggalkan peran utama Anda sebagai seorang istri dan ibu. Ini memang tak mudah, teruslah memohon petunjuk-Nya. Begitu pun sebaliknya, jika Anda seorang suami, lalu menemukan bahwa istri Anda kurang kasih sayang dalam mendidik anak-anak Anda di rumah, dan ternyata istri Anda lebih mementingkan karirnya di kantor atau positioningnya di komplek; sampai mengabaikan karirnya sebagai seorang istri dan ibu yang penuh kasih sayang, maka silakan nasehati istri Anda dengan cara yang penuh kasih sayang. Nasehat bukanlah untuk memposisikan siapa yang benar atau siapa yang salah, tapi untuk dzikrullah. Sungguh aneh jika seorang suami menasehati istrinya tentang kasih sayang tapi dilakukannya dengan marah-marah, seperti "istriku, kamu kan makhluk perasaan tapi kok cuek banget sama anak-anak, lihat tuh anak-anak kita kering kasih sayang, mana setiap saya pulang kantor rumah selalu saja berantakan, gosiip sama tetangga mulu sih yang diutamakan... Huh"... Astaghfirullaah... Sahabatku, banyak orang menginginkan jodoh yang sempurna, yakni sempurna sesuai keinginannya. Namun sebagian dari mereka membantah hal tersebut :"kami bukan menginginkan jodoh yang sempurna, kami hanya ingin jodoh yang sholih, pengertian, dan setia". Padahal yang saya pahami bahwa kesempurnaan itu hadir dalam sosok wanita/pria yang sholih/ah, pengertian, dan setia tersebut... Sebagian yang lain mengatakan "saya gak cari cowok/cewek yang cakep tapi yang cukup" "Saya pengen cowok yang ber-wibawa" ... Wii bawa mobil, wii bawa duit, wii bawa macem-macem hehe... Dan jika ada wanita yang berprinsip seperti itu pastilah istri saya bukan salah satunya. Karena waktu saya menikahi istri saya, kondisi saya masih kuliah, belum kerja jelas, masih dikirimi duit sama ortu, dan badan saya kurus karena jarang makan. Sahabatku, Kesempurnaan tidak hadir dalam "penilaian" kasat mata, tapi kesempurnaan hanya bisa didekati dengan taqwa dan contoh yang nyata. Kesempurnaan adalah sebuah proses, sebuah perjalanan, saling mengimbangi-mengingatkan-melengkapi antara satu dengan lainnya. Jangan cari jodoh yang sudah sempurna (karena emang gak ada lagi..), tapi carilah jodoh yang siap untuk saling menyempurnakan dalam proses yang diridhoin-Nya. Dan jangan cari jodoh yang setia kepada Anda, tapi carilah jodoh yang setia kepada Allah, agar Anda turut selamat di dunia dan akhirat. Jadi hakikat dari perjodohan adalah mencocokkan apa-apa yang tidak cocok dan yang sudah cocok antara dua manusia. So, jangan sibuk mencari orang baik yang cocok dengan Anda tp sibuklah belajar menjadi orang yang mudah cocok dengan orang-orang yang baik. Artinya, terjadinya pernikahan adalah karena adanya "persamaan" dan "perbedaan". Begitupun terjadinya perceraian adalah karena adanya "persamaan" dan "perbedaan". Contoh 1, terjadinya pernikahan : Persamaannya : sama-sama manusia, sama aqidahnya, sama visinya, sama-sama mau, dan sama-sama hidup hehe Perbedaannya : Beda kelamin, beda keluarga, Beda peran, beda bentuk tubuh Contoh 2, terjadinya perceraian : Persamaannya : sama-sama gak cinta lagi, sama-sama merasa gak cocok lagi, sama-sama pengen cerai, sama-sama egois Perbedaannya : Beda prinsip, beda visi, beda aqidah Walaupun ada juga yang bercerai padahal salah satu pasangannya masih ingin bertahan. Dan ada juga yang bercerai walaupun keduanya masih saling mencintai. Ada juga yang menikah tapi salah satunya terpaksa. Inilah hidup, maka biarkan Rahasia tetap dalam kesederhanaannya. Dengan demikian, jangan jadikan alasan "sudah tidak ada kecocokan lagi" sebagai alasan untuk bercerai, karena alasan tersebut sangat-sangatlah egois. Sebab berbeda antara "sudah tidak ada kecocokan lagi" dengan "sudah tdk mau saling mencocokkan lagi". Tapi jika pasangan Anda telah memilih Tuhan selain dari Allah, telah meninggalkan sholat, atau telah terang-terangan berzina, maka bercerai bisa menjadi solusi. T A M A T Wallahu a'lam
Tweet@KangZainS3www.cahaya-semesta.com
Misalkan Anda anggap suami Anda terlalu lemah sebagai pemimpin keluarga, alias suami Anda kurang memiliki ketegasan dalam banyak hal sehingga sering ditipu oleh kliennya... Maka bantulah suami Anda bersikap tegas dengan cara yang santun. Misalkan melalui nasehat yang Anda berikan kepada anak Anda di hadapannya "anakku yg shalih, ibu yakin kamu bisa sukses, yg penting kamu tegas dan tetap bertawakal kepada Allah, dahulukan kebenaran daripada logikamu. Hilangkan ketakutanmu, Allah bersama orang-orang yang benar" Gak masalah anak Anda yg kecil itu kurang paham nasehat Anda, yang penting suami Anda paham toh..hehe Atau, Jika suami Anda belum pandai mencari nafkah maka semampu Anda berikan ia contoh "cara cari duit". Tunjukkan semangat Anda. Namun demikian, tetaplah Anda tidak boleh meninggalkan peran utama Anda sebagai seorang istri dan ibu. Ini memang tak mudah, teruslah memohon petunjuk-Nya. Begitu pun sebaliknya, jika Anda seorang suami, lalu menemukan bahwa istri Anda kurang kasih sayang dalam mendidik anak-anak Anda di rumah, dan ternyata istri Anda lebih mementingkan karirnya di kantor atau positioningnya di komplek; sampai mengabaikan karirnya sebagai seorang istri dan ibu yang penuh kasih sayang, maka silakan nasehati istri Anda dengan cara yang penuh kasih sayang. Nasehat bukanlah untuk memposisikan siapa yang benar atau siapa yang salah, tapi untuk dzikrullah. Sungguh aneh jika seorang suami menasehati istrinya tentang kasih sayang tapi dilakukannya dengan marah-marah, seperti "istriku, kamu kan makhluk perasaan tapi kok cuek banget sama anak-anak, lihat tuh anak-anak kita kering kasih sayang, mana setiap saya pulang kantor rumah selalu saja berantakan, gosiip sama tetangga mulu sih yang diutamakan... Huh"... Astaghfirullaah... Sahabatku, banyak orang menginginkan jodoh yang sempurna, yakni sempurna sesuai keinginannya. Namun sebagian dari mereka membantah hal tersebut :"kami bukan menginginkan jodoh yang sempurna, kami hanya ingin jodoh yang sholih, pengertian, dan setia". Padahal yang saya pahami bahwa kesempurnaan itu hadir dalam sosok wanita/pria yang sholih/ah, pengertian, dan setia tersebut... Sebagian yang lain mengatakan "saya gak cari cowok/cewek yang cakep tapi yang cukup" "Saya pengen cowok yang ber-wibawa" ... Wii bawa mobil, wii bawa duit, wii bawa macem-macem hehe... Dan jika ada wanita yang berprinsip seperti itu pastilah istri saya bukan salah satunya. Karena waktu saya menikahi istri saya, kondisi saya masih kuliah, belum kerja jelas, masih dikirimi duit sama ortu, dan badan saya kurus karena jarang makan. Sahabatku, Kesempurnaan tidak hadir dalam "penilaian" kasat mata, tapi kesempurnaan hanya bisa didekati dengan taqwa dan contoh yang nyata. Kesempurnaan adalah sebuah proses, sebuah perjalanan, saling mengimbangi-mengingatkan-melengkapi antara satu dengan lainnya. Jangan cari jodoh yang sudah sempurna (karena emang gak ada lagi..), tapi carilah jodoh yang siap untuk saling menyempurnakan dalam proses yang diridhoin-Nya. Dan jangan cari jodoh yang setia kepada Anda, tapi carilah jodoh yang setia kepada Allah, agar Anda turut selamat di dunia dan akhirat. Jadi hakikat dari perjodohan adalah mencocokkan apa-apa yang tidak cocok dan yang sudah cocok antara dua manusia. So, jangan sibuk mencari orang baik yang cocok dengan Anda tp sibuklah belajar menjadi orang yang mudah cocok dengan orang-orang yang baik. Artinya, terjadinya pernikahan adalah karena adanya "persamaan" dan "perbedaan". Begitupun terjadinya perceraian adalah karena adanya "persamaan" dan "perbedaan". Contoh 1, terjadinya pernikahan : Persamaannya : sama-sama manusia, sama aqidahnya, sama visinya, sama-sama mau, dan sama-sama hidup hehe Perbedaannya : Beda kelamin, beda keluarga, Beda peran, beda bentuk tubuh Contoh 2, terjadinya perceraian : Persamaannya : sama-sama gak cinta lagi, sama-sama merasa gak cocok lagi, sama-sama pengen cerai, sama-sama egois Perbedaannya : Beda prinsip, beda visi, beda aqidah Walaupun ada juga yang bercerai padahal salah satu pasangannya masih ingin bertahan. Dan ada juga yang bercerai walaupun keduanya masih saling mencintai. Ada juga yang menikah tapi salah satunya terpaksa. Inilah hidup, maka biarkan Rahasia tetap dalam kesederhanaannya. Dengan demikian, jangan jadikan alasan "sudah tidak ada kecocokan lagi" sebagai alasan untuk bercerai, karena alasan tersebut sangat-sangatlah egois. Sebab berbeda antara "sudah tidak ada kecocokan lagi" dengan "sudah tdk mau saling mencocokkan lagi". Tapi jika pasangan Anda telah memilih Tuhan selain dari Allah, telah meninggalkan sholat, atau telah terang-terangan berzina, maka bercerai bisa menjadi solusi. T A M A T Wallahu a'lam
Tweet@KangZainS3www.cahaya-semesta.com