Karena kebenaran memiliki sifat "ada" adalah sesuatu yang paling mendasar pada semua struktur yang terbentuk di dunia ini maupun dunia matematika di alam pikiran manusia...
Dunia matematika model menggunakan hermeutika. Meniru
matematikawan murni, yaitu berfikirnya menggunakan landasan maka disebut kaum
foundalism. Dunia ini memiliki dua hal yaitu berlandasan atau tidak. Mengkaji statement
tersebut kita pun menilik jendela dunia nyata, bahwa statement tersebut
benar-benar dekat dengan kehidupan. Bahwa agama yang diyakini memiliki landasan
untuk melakukan peritah dan menjauhi larangan, bergaul dengan sesama memiliki
landasan adab, berbicara memiliki landasan kejujuran, dan lain sebagainya yang
tentu melakukan segala sesuatu harus berlandaskan dengan ilmu yang benar.
Kebenaran yang kita lakukan, yang berdasarkan dengan
ilmu benar tentunya sewaktu-waktu dapat dibuktikan kebenarannya atau cara
bernalar yang ada. Menurut Prof. Marsigit, M.A. bahwa struktur yang paling
mendasar adalah “wadah dan isi”. Ketika kita menelaah makna dari wadah dan isi,
mengandung makna yang sangat mendalam. Wadah diibaratkan dasar yang membentuk
dan isi adalah segala sesuatu yang terbentuk.
Wadah, membentuk segala sesuatu yang mengisi ruang
wadah tersebut. Hal tersebut menjadi dasar keberagaman kebenaran. Membentuk karakter
baik secara kualitas maupun kuantitas. Wadah gelas di isi air maka akan
berbentuk gelas, begitu pula dengan pikiran yang mewadahi pengetahuan kita. Wadah
ilmu kita sehat, baik dan benar maka secara otomatis pengetahuan yang kita
miliki mengandung pemikiran dan pengetahuan yang sehat, baik dan benar. Tentunya
dengan pemikiran dan pengetahuan yang sehat, baik dan benar akan melandasi
seseorang berbuat kebaikan dan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak
langsung, pemikiran dan pengetahuan yang sehat, baik dan benar menjadi wadah
dari sikap seseorang sehari-hari. Begitulah, bahwa isi mengikuti wadah dan
bentuk wadah tereksplorasi melalui isi yang mengisi wadah tersebut.
Cara berpikir matematika ini lah memiliki landasan “ada”
bukan “mengada” sehingga keberadaan yang dilakukan memiliki landasan kebenaran
yang ada, bukan pengandaian seolah hal tersebut ada. Matematika memiliki cara
berpikir matematis, memiliki landasan yang sistematis dan berurut sehingga
dalam pencapaiannya secara struktur lebih jelas dan nyata terutama dalam
menghadapi persoalan lingkungan baik dunia diri maupun dunia luar. Persoalan hidup,
landasan berpikir dan diri kita memiliki garis yang lurus, sehingga sebenarnya
dengan mudah kita mampu mencapai jalan keluar namun yang membelokkan manusia
pada garis lurus tersebut adalah dosa atau perbuatan tercela yang menutupi mata
hati dan pikiran manusia sehingga manusia tersebut tidak menemukan titik terang
jalan keluarnya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia hendaknya mampu
meletakkan foundalism sebagai pegangan dalam berbuat atau bersikap sehingga
kita tidak melakukan “mengada” yang seolah itu hal yang ada, karena itu justru
akan menggelapkan jalan keluarnya setiap persoalan hidup kita.
Lokana Firda Amrina
PM D / 15709251055 / Matematika Model
Prof. Dr. Marsigit, M.A.
0 komentar:
Posting Komentar