Tugas
2 : Refleksi 2
Lokana
Firda Amrina
15709251055
/ Pend.Matematika D
Kita di dalam kuliah matematika model menggunakan
metode hermeneutika (menerjemahkan dan diterjemahkan). Matematikawan murni adalah salah satunya
yang menggunakan hermeneutika. Kita bisa meniru dari mereka. Matematikawan murni
itu berfikirnya menggunakan landasan maka matematikawan murni disebut kaum
foundationalism. Di dunia ini ada dua dalam berpikir yaitu berlandasan atau
tidak berlandasan. Contoh hidup
berlandasan: berkeluarga itu landasannya menikah, beragama landasannya
kitab suci atau keyakinan. Contoh hidup tidak berlandasan : berpikirnya anak
kecil. Anak kecil tidak menggunakan
landasan dalam berpikir, misalnya dia mengerti tentang besar kecil, jauh dekat,
panas dingin. Tidak berlandaskan karena tidak berdasar definisi. Landasannya
adalah pergaulan atau pengalaman. Anak kecil berpikir dalam matematika
menggunakan intuisi.
Ilmu landasannya, yaitu foundationalism dan
institutionalism. Kalau matematika dengan foundationalism dengan matematika
murni maka landasannya membuat definisi, jangankan definisi dalam matematika
model, “yang ada” juga berstruktur, model. Struktur dari yang ada adalah wadah
dan isi. Jika yang ada aja mempunyai struktur apalagi definisi. Definisi dari
matematika murni juga berstruktur. Definisi terdiri dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan. Unsur dasar dari yang “tidak didefinisikan itu “ adalah”. Tidak
ada yang dapat mendefinisikan “adalah”. Dewa saja tidak bisa mendefinisikan
“adalah”. Unsur mendasar paling mendasar dari filsafat adalah definisi. Jika
orang mendefinisikan himpunan ialah “bilangan”, “sama dengan”, “adalah”. Hal
tersebut merupakan unsur primitif yang tidak perlu untuk didefinisikan. Semua
unsur primitif itu kategori “yang ada” dan pasti mempunyai struktur.
Strukturnya adalah wadah dan isi. “Adalah” mempunyai struktur. “Sama dengan”
itu wadah tapi maksudnya menghubungkan antara predikat dengan subyeknya.
Tak diungkapkan, tak dikatakan itu sudah ada sebelum
manusia lahir. Dari struktur “adalah” saja sudah bisa di timeline-kan. Jika kurang bermakna ditambah unsurnya, misalnya
definisinya. Hal yang dilakukan oleh orang matematika yaitu penggalan di “kebun
rayanya matematika”. Unsur yang berdefinisi akan membentuk sebuah definisi,
bangunan maka orang matematika membentuklah yang namanya aksioma. Aksioma
adalah hubungan antara definisi. Aksioma pertama memiliki struktur yang besar
lalu digabung dengan aksioma lain menjadi teorema. Teorema memiliki struktur
yang lebih besar dari aksioma. Matematikawan murni tugasnya hanya membuat
teorema, dan teorema itu tidak kontradiksi dengan teorema yang lainnya. Itulah
yang dinamakan identitas dan tidak bersifat kontradiksi. Tautologis, teorema
kesepuluh ribu sama dengan teorema pertama atau bagian-bagiannya. Tak peduli
ruang dan waktu matematikawan dipakai atau tidak akan tetapi ada prinsip bahwa
ada logikanya, ada konsistensinya, ada identitasnya maka dunia dibawahnya memiliki prinsip yang sama sehingga
matematika terpakai. Kalau matematika murni terbebas dari ruang dan waktu, tetapi
tidak terlepas dengan unsur-unsurnya, maka rumus itu banyak. Rumus itu
struktur, struktur itu juga rumus. Contoh, bidang lurus, bidang datar,
segitiga, lingkaran mereka punya rumus masing masing. Kalau dijadikan satu
disebut mono, ketunggalan. Filsafat juga kalau dijadikan satu itu dinamakan
ketunggalan, kuasa Tuhan. Jika rumusnya sulit maka kuasa Tuhan. Hal tersebut
disebut monoisme. Struktur kuasa Tuhan paling tinggi, melingkupi semuanya.
Gambaran tersebut sebagai gambaran dalam matematika model, hanya diekstensikan.
Jika filsafat itu intensi sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya, salah satu diekstensikan dalam ruang dan waktu. Definisi
misalnya sudah ada semenjak kita belum lahir. Plato mendefinisikan matematika
itu lengkap. Seorang idealis mengatakan matematika itu sudah ada tapi belum
menemukan. Sebagian orang belum menemukan matematika karena sebagian dosanya
diikat oleh badannya yang kotor. Dalam filsafat, tidak ada yang lebih dalam dan
tidak ada yang lebih sederhana kecuali yang ada. Struktur dari yang ada adalah
wadah dan isi. Wadah dan isi lalu ditimeline-kan.
Wadah di didalam pikiran, siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan
menghasilkan idealisme. Wadah di luar pikiran, benda yang konkret.
0 komentar:
Posting Komentar