Betapa aku tak ingin mendapatimu dalam keadaan sia-sia. Apakah saat hujan turun, butiran bening itu tau apa isi perut bumi? bagaimanakan keadaan bumi? Karena seolah hanya asal jatuh ditempat. Tanpa pandang tempat itu tandus ataukah banjir. Tanpa mengerti apakah tempat itu menginginkan kedatanganmu atau tidak. Tanpa memahami apa yang akan menjadi akibat ketika hujan turun dengan gemuruh yang sangat lebat. Namun, hujan ini benar anugerah sang Kuasa. Kuasa yang mengatur dan Kuasa yang berkehendak. Bumi yang memahami dan bumilah yang harus waspada. Namun, jangan salahkan bumi ketika apa yang terjadi tidak sesuai harapan penghuni bumi. Karena bumi diperlakukan sedemikian rupa oleh penghuninya.
Betapa aku tak ingin mendapatimu dalam keadaan sia-sia. Kau sebut "cinta" itu adalah kepingan merah yang sangat halus. Apakah saat ia datang, ia tau isi hatinya? bagaimanakah keadaannya? Karena seolah hanya asal jatuh ditempat. Tanpa memandang paras dan eloknya. Tanpa mengerti apakah ia siap dan benar menginginkan kehadirannya atau tidak. Tanpa memahami pula akibat yang akan dipertaruhkan di masa depan. Namun, kepingan merah itu adalah anugerah sang Kuasa. Kuasa yang mengatur dan Kuasa yang berkehendak pula. Pemilik kepingan merah harus memahami dan waspada. Namun, jangan salahkan kepingan merah ketika apa yang terjadi tidak sesuai harapan si tuan kepingan merah.
Betapa aku tak ingin mendapatimu dalam keadaan sia-sia. Lihatlah pelangi, lihatlah bunga mawar, lihatlah rumput yang hendak tumbuh. Mereka datang disaat yang tepat. Mereka datang disaat tidak dirindukan namun kehadirannya disambut. Mengapa tidak dirindukan? karena harus melalui hujan yang begitu hebatnya yang tak memandang bagaimana. Pelangi yang akan menghiasai dinding langit, bunga mawar yang akan mengharumkan ruang bumi, dan rumput yang semakin menghijau menambah sejuknya udara bumi. Betapa indahnya waktu mempekerjakannya dengan runtut dan penuh tantangan.
Betapa aku tak ingin mendapatimu dalam keadaan sia-sia. Aku hanya merindukan kehadiran masa-masa itu, bukan kamu maupun kepingan merah yang kau miliki.Kepingan merah mu terlalu berharga untukku yang bukan siapamu. Berfikirlah kau yang berakal, tidak seperti hujan. Sama-sama anugrah Kuasa namun sebagai manusia yang berakal kepingan merah menjadi berbeda. Namun, bukan berarti harus membenci hujan. Karena hujan pun memberi berjuta makna arti kehidupan. Ketika ini janggal, waktu dan sekat sedang mepekerjakan kita.
Menunggumu, Menjaga diri dan tetap Istiqamah. Kepingan merah, nantikanku dibatas waktu. Kan ku jaga seutuhnya dan selamanya...Jemput aku dengan payung atau jas hujanmu, aku akan berjalan mengiringimu..
*****hujan tak selalu air, bisa juga kepingan merah*****
#Pembaca tidak akan mengerti ketika hanya sekedar membaca tanpa memaknai... :)
0 komentar:
Posting Komentar