"Cintailah seseorang bukan karena sesuatu yang melekat pada dirinya, kecuali satu yaitu kecintaannya terhadap Tuhan-Nya"
Perempuan itu nampak
masih muda. Sepengetahuanku sekitar 26 tahun. Parasnya putih bersih, selendang
putih yang selalu dikenakan menambah eloknya perempuan itu. Aku terheran,
karena setiap pagi hingga sore ia duduk manis didepan rumahnya, tidak ada
aktifitas lainnya yang pernah aku lihat. Hanya malam hari ia tidak nampak,
mungkin ia lelah dan istirahat. Pandangan kosongnya yang selalu menerawang jauh
membuatku merasa khawatir, Namun aku siapa?
***
Dua bulan
kemudian. Aku melewati rumah itu dan seperti pandangan awal bahwa ia masih
duduk manis termenung di tempat yang sama. Ku beranikan diri untuk menghampiri.
“Permisi, Assalamu’alaikum..” sapaku.
“wa’alaikumussalam..” jawabnya jelas.
Nampaknya perempuan ini masih dapat diajak bicara. “Siapa namamu?” tanyaku. Tiba-tiba perempuan itu menoleh ke arahku
dan perlahan berdiri dengan badan yang sempoyongan. “Mario...!!!!!!” teriaknya histeris smbil memelukku. “haaaahhh....” geramku sambil keheranan.
Perempuan ini benar-benar menangis dipelukanku, sangat erat. “Ya Allah, ampuniku yang bukan halalnya”
dalam hati.
Hingga hampir
10 menit tubuhku dipeluk oleh perempuan yang belum ku kenal sama sekali. Rasanya
ingin pingsan. Eh, malah perempuan ini yang pingsan. Sesaat datanglah seorang
perempuan dari belakangku. “Kenapa ini
mas?” tanyanya. Setelah membaringkan perempuan ini di sofa panjang teras
rumah, ku ceritakan semua yang telah terjadi hingga akhirnya ia pun
menceritakan yang telah terjadi. “Sejak kejadian
accident yang menimpanya hingga saat ini keadaan tidak membaik. Kejadian itu
telah berlangsung selama dua tahun. kecelakaan maut yang menimpa ia bersama
keluarga dan sang kekasih mengakibatkan ia sekarang menderita penyakit ‘agak
gila’. Bagaimana tidak. Mereka dalam satu mobil berencana mencari gaun
pengantin untuknya sepasang. Namun, kematian lebih dahulu menjemput dari pada
dihari pernikahannya. Ayah, ibu dan kekasihnya telah kembali ke rahmatullah. Kini
ia hanya tinggal bersamaku, aku adalah adik perempuannya. Dan ketahuilah, bahwa
mas sangat mirip dengan Mario, kekasih yang telah pergi” jelasnya.
***
Malam ini
menjadi renungan panjang untukku. Perempuan yang sangat asing, namun membuatku
bertanya-tanya. Jangankan karakter, namapun aku tak tahu. Aku hanya mengenalnya
sebagai gadis pelamun, tak lebih. Hingga akhirnya dalam sujud ku putuskan
sesuatu. Benar-benar renungan semalam. Keesokan harinya, tepat setelah ba’da
sholat subuh, ku hampiri rumah besar itu. Bahwa aku datang untuk menikahinya. Aku
menikahinya bukan karena cinta kepadanya namun karena begitu aku mencintai
Tuhanku. Sekali lagi, Jangankan cinta, nama pun tak tahu. Aku akan mengajak
perempuan itu mengarungi samudra cinta-Nya. Aku tak peduli apakah dia sholehah.
Dengan keadaannya selama ini, aku yakin ia terjaga dari segala kemaksiatan,
hanya saja pikiran yang menghantui membuatnya tersesat tanpa ada penolong. Dan akulah
yang akan menolong gadis itu yang akan membuatnya mencintai apa yang aku
cintai. Aku yakin ia akan sembuh, ia akan bangun dari tidur panjangnya dan aku
yakin cinta dan kebahagiaan yang ku bangun ini akan kekal di akherat. Karena kita adalah
penghuni Jannah-Nya. Amiin...
0 komentar:
Posting Komentar