Negeriku..
Di picu oleh gencar dan maraknya kenaikan harga BBM,
seketika pula pikiran ini menerawang jauh dan menancap pada permasalahan yang
sangat sensitive yaitu Pendidikan. Pendidikan
yang notabene sebagai wahana utama yang harus digeluti oleh kalangan generasi
untuk memperbaiki mutu negara saja masih banyak permasalahan yang belum
tertuntaskan. Apakah pemerintah sudah menganggap pendidikan saat ini stabil?
Tetapi, apa buktinya?
Immawan Pendi mengungkapkan gagasannya bahwa Pendidikan di
Indonesia saat ini adalah penindasan yaitu yang bersistem Konservatif (budaya
lama) dan Liberal (persaingan). Setelah saya amati dari berbagai gejala yang
ada, Bahwa metode dan model mengajar budaya kakek moyang masih dibawa di era
globalisasi saat ini, serta persaingan dalam mengenyam pendidikan justru
merusak mental para generasi. Perlu diketahui calon generasi yang saat ini
masih sebagai siswa, mereka adalah korban. Korban menjadi robot dan obyek
pekerjaan para pengajarnya, dan staf pengajar adalah robotnya pemerintah.
Disisi lain pemerintah dengan gampangnya merubah kurikulum-kurikulum pendidikan,
membuat lebih banyak korban pada subyek pendidikan. Lantas, apa korelasinya
dengan kenaikan harga BBM? Ohh..tentu sangat berhubungan erat. Dari permasalahan
pendidikan yang tertancap dalam adalah mahalnya biaya pendidikan. BBM naik
sudah barang tentu biaya pendidikan pun naik. Sejak kemarin saat harga BBM diturunkan, pendidikan saja masih
tergolong mahal, bagaimana ketika sudah naik?
Mencerdaskan kehidupan bangsa, merupakan salah satu hajat
besar Negara Republik Indonesia yang tertulis jelas pada pembukaan UUD 1945.
Perlu dipertegas, golongan manakah yang akan dicerdaskan oleh Pemerintah? Seluruh
lapisan masyarakat atau lapisan tertentu saja? Saya pikir, ketika harga Bahan
bakar naik dan kebutuhan naik maka secara linear biaya pendidikan pun naik.
Akibatnya yang hanya bisa mengenyam pendidikan merekalah golongan rata-rata
menengah atas, golongan rata-rata bawah akan memberontak dimana letak keadilan
untuk mendapatkan hak belajar dan diajar. Bahkan secara tidak sadar golongan
ini telah tersingkirkan dari kehidupan bangsa Indonesia.
Sungguh ironis jika kita sabagai calon pendidik masih
tinggal diam. Ketika kita diam, maka kitalah korban berikutnya. Kita sebagai
robot pemerintah juga sebagai penggerak robot siswa. Bangunlah saudaraku,
lihatlah sekeliling kita. Untuk tidur saja mereka kesulitan, apalagi untuk
makan dan mencari uang. Jangan sampai anak didik dan orang tua nanti juga
sebagai korban kedzaliman. Kita bersama perjuangkan nasib bangsa, kita didik
siswa kita agar menjadi generasi yang berakhlak, bukan koruptor, bukan
pendzalim, bukan perusak tatanan negeri Indonesia. Walaupun sekecil apapun
pengorbanan kita, ketika generasi kita mampu berjuang dalam aspirasi bangsa,
maka ia tak kan lepas dari pengorbanan kita dimasa sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar