"Menikahlah sebagai bukti kecintaan kita terhadap RasulNya, hanya mengharap ridho Allah melalui doa dan restu kedua orang tua serta keluarga atas segala yang telah kami ikhtiyarkan"
Sebagian para single termasuk akyuu dulu berpikir bahwa
menikah itu menyenangkan namun disisi lain memikul tanggung jawab keluarga
bersama suami terkadang membuat hati ini berpikir ulang, siapkah aku?
Mengenai sisi pernikahan banyak sekali orang yang memiliki
sudut pandang yang berbeda, bukan berarti pandangan kita lah yang paling benar
dan paling baik. Mendadak banyak muncul “dukun manten” yang tentunya banyak
ngasih arahan yang berbeda-beda. Merekam jejak beberapa bulan silam, ada dua
garis besar yang ingin saya ungkapkan disini yaitu acara pernikahan dan pasca
kehidupan setelah menikah. Tentunya untuk pra nikah ahh banyak versi dan
tentunya dah pada ekseperet hehe…
Dalam menikah, ada yang melebihkan urusan acara
pernikahannya dari pada kehidupan setelah menikah. Namun ada pula yang
sebaliknya. Ilmu ini berawal mengikuti pengajian dalam suatu majelis kemudian
melihat fenomena masyarakat juga mengalami sendiri. Only share…
Sewaktu mempersiapkan pernikahan banyak sekali godaan, mulai
dari muncul orang yang dipandang lebih baik dari calon kita, namun bagiku
calonku lebih keren..hanya beliaulah yang berani menaklukkan hati nyak babehku.
Hingga sampai permasalahan dalam keluarga. Apalagi sebelum menikah nyak babeh
pergi haji sehingga banyak juga yang berperan menjadi orang tua ku untuk
mempersiapkan pernikahan. Nyaris, hampir 98% adalah mempersiapkan di acara
pernikahan hingga sesempurna mungkin. Undangan harus sesuai dengan aturan (ntah
deh aturan siapa?), pakaian among tamu yang wajib berseragam dan baru, pakaian
pengantin yang semewah mungkin dan pelaksanaannya harus berada di gedung
mengingat banyak undangan yang akan diluncurkan. Jujur…aku setres memikirkan
hal semacam itu. Tentunya akan mengeluarkan buanyak sekali biaya yang mungkin
membuat kami harus hutang sana sini demi perencanaan pelaksanaan pernikahan
yang tak sampai sehari. Menurutku sih…pernikahan yang berkesan hanya dua hal
yaitu tatacara menikah dan jamuannya. Tata cara pernikahan yang berdiri, duduk
di kursi baik kursi kurang atau memang tersedia banyak, atau mau lesehan pasti
akan menjadi komentar jika tidak sesuai dengan perasaan tamu, music yang
terlalu keras sehingga mengganggu pendengaran tamu. Jamuannya pun juga, kurang
atau lebihkah, menu baru atau seperti biasanya rata-rata orang, enak dan
tidaknya. Semua itu tentu menjadi sangat berkesan walaupun mungkin si pengantin
hanya menggunakan baju tidur atau daster hahaa…
Karena sudah terlalu banyak yang memikirkan acara
pernikahan, sehingga saya lebih memikirkan kehidupan setelah menikah saja, kan
saya lah yang akan menjalaninya seumur hidup. Hanya satu point yang saya ajukan
pada acara pernikahan, saya ingin pernikahan yang tidak menonjolkan kemewahan
dan terpenting tidak meninggalkan hutang yang kita tidak bisa membayarnya di
hari itu. Tentunya memikirkan hal semacam itu kita akan berat sendiri, yang
dulu mengusulkan acara pernikahan begini begitu apakah merasakan dampaknya?
Belum lagi dengan keluarga kecil yang sedang kita bangun,
ketika tinggal pisah dengan orang tua mampukah penghasilan kita cukup untuk
kehidupan sehari-hari dan beramal? Ketika kita tinggal bersama orang tua apakah
kita mampu beradaptasi dengan baik, mampukah kita mencoba mandiri walaupun
bersama orang tua dan menyantuninya? Ketika sudah memiliki anak kebutuhan
semakin meningkat apalagi aku seorang yang hanya penghasilan pas-pasan, masih
disambi kuliah tentu tenaga dan pikiran sangat terkuras. Bagaimanakah nanti
kita akan memperlakukan suami demi ia merasa nyaman dan beruntung hidup
bersamaku. Semua serba bagaimana dan semua serba butuh solusi dari pikiran
dewasa dan akal sehat kita…
Terima kasih do’a-do’a keluarga, saudara dan teman
semuanya..teriring doa pula untuk kalian melalui doa baik kalian…. J