Pages

lokana firda. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah seorang perempuan yang ibu lahirkan pada tanggal 5 Februari. saya sangat menyukai dunia sains dalam kajian kehidupan. hingga akhirnya jatuhlah pilihan hidup saya untuk mengarungi dunia Matematika yang dikomparasikan dengan dunia pendidikan. sehingga dengan buah hasil ilmu yang saya kaji, saya dapat mengaplikasikan sebagai Pendidik Matematika. Untuk Muhammadiyah, Untuk Islam dan Bangsa
y

cursor

Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

bunga mawar

RSS
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Merubah Inspirasi menjadi sebuah coretan tangan

Happy Teacher's day for my Indonesia

Sassanu patham School, Southern Thailand


25 November, Orang Indonesia biasa memperingati sebagai Hari Guru Nasional atau Hari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) biasanya digelar upacara peringatan. Upacara ini digelar untuk mengenang jasa guru-guru kita yang telah mengantarkan rakyat Indonesia hingga sekarang terutama Pendidikan. Adapun kerusakan-kerusakan yang terjadi saat ini tentu bukan dari pendidikan yang telah guru ajarkan namun karena pengaruh lainnya. Pengaruh buruk inilah yang mencemari kontens Pendidikan. Sebab guru tidak menginginkan keterpurukan terjadi pada anak didiknya. Mari kita tengok dahulu sejarahnya...
--------
25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Hal itu ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.

Namun, ada sejarah panjang hingga akhirnya 25 November terpilih sebagai Hari Guru Nasional. Selain Hari Guru Nasional, 25 November 1945 juga ditetapkan sebagai hari lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
PGRI diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada 1912. Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan pemilik sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua. Sejalan dengan keadaan itu, maka selain PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan sebagainya.
Dua dekade berselang, nama PGHB diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia.
Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kesadaran. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka.”
Sayang, pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang dan sekolah ditutup sehingga PGI tidak dapat lagi melakukan aktivitas. Namun, semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi dasar PGI untuk menggelar Kongres Guru Indonesia pada 24–25 November 1945 di Surakarta.
Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk.
Di dalam kongres inilah, tepatnya pada 25 November 1945, PGRI didirikan. Maka, sebagai penghormatan kepada para guru, pemerintah menetapkan hari lahir PGRI tersebut sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati setiap tahun.
***
Setelah kita membaca sejarah Anniversary of the Indonesian Teacher, sudahkah kita merefleksikan diri sebagai seseorang yang pernah dekat dengan guru sewaktu duduk dibangku sekolah ataupun diri kita yang sudah menjadi guru?
Guru - kebahagiaannya bukan terletak pada gaji/bayaran sebab setiap bulan sudah pasti dapat. Namun, kebahagiaan yang sebenarnya ialan keberhasilan anak didiknya dijalan pendidikannya. Kebahagiaan dan kebanggaan panjang yang belum tentu didapat setiap tahun. Setiap orang yang sudah sukses tetap akan bertemu dengan seorang guru semasa hidupnya. Ia hanya mengharap anak didiknya berhasil...tanpa kebencian sekalipun marah...tanpa minta ganti rugi sekalipun berkorban...tanpa minta belas asih siswa sekalipun sengsara. :)
*Ayah dan Ibu (Keluarga) - Pendidikanku yang sangat prenatal. Disana lah saya dibentukkan suatu karakter dan sifat. Keluarga banyak mengajari hal-hal yang belum tentu didapat disekolah. Saya tidak bisa menjelaskan apapun yang pernah mereka ajarkan, sebab mereka mengajar dengan keteladanan. "Berlatihlah menjadi perempuan yang kuat/tidak suka mengeluh, bantulah saudara sesama, Sholatlah diawal waktu dan tahajud agar Allah selalu dekat bersamamu"
*TK Aisyiyah II Pucang - Yang paling saya ingat ya Ibu Tuginah :) Beliau akrab dengan keluarga saya. Saat itu orangnya sudah tua dan sangat sabar mendidik kami. Saya sewaktu TK masih sering 'sangu dot susu' ukuran besar. Suka nangis dan teriak-teriak dikelas. Keluar kelas untuk jajan. Setiap pagi beliau selalu mengajari do'a sehari-hari, setiap senin upacara didalam kelas. TK saya sangat sempit. Hanya ada satu ruang kelas dan satu tempat bermain. Tidak ada kantor guru sebab gurunya hanya satu. Ya bu Tuginah itu. Jika beliau sakit, sekolah diliburkan. Untuk mengajar, beliau harus jalan kaki dari desa seberang. Kami selalu menghadang dipinggir jalan dengan riang dan membawa buku tabungan berisi uang lima ribu rupiah untuk ditabung. Setiap hari Jum'at atau Sabtu pagi jalan-jalan dan dapat makan bubur beras gula beserta satu buah jeruk atau satu mendoan anget. Saat kelulusanku, Bu Tuginah ditemani mengajar oleh Bu Aisyah.
*SD Muhammadiyah 1 Banjarnegara - Bu Samingatun guru kelas 1 yang mengajari kami doa sholat dan menulis membaca. Namun, sampai kelas 1 selesai saya masih belum lancar membaca bahkan berbicara bahasa Indonesia masih bercampur aduk dengan jawa ngapaknya. Sudah hafal doa sholat, menulis yang dieja per-tiga huruf serta berhitung. Bu Farida guru kelas 2 yang mengajari kami doa sholat dan gerakan yang benar. Disamping itu hafalan suratan pendek. Hampir seminggu sekali beliau mengecek buku sholat dan praktik sholat di Masjid. Beliau orang yang bijaksana. Beliau menjenguk saya sewaktu sakit tipus bersama Mbak Norma anaknya dan Nurul teman saya. Memang hanya Nurul yang tahu rumah saya. Beliau ditinggal suaminya saat kami kelas 4 atau 5 SD (lupa) dan beliau pun menyusul sang suami saat saya duduk di bangku SMP.Innalillahi wa innailaihi roji'un. Bu Wiwit - guru kelas 3, beliau sangat jago matematika dan ilmu IPA nya. mengajari kami hafalan juz amma. Beliau juga selalu mengingatkan cara makan yang baik dan bergizi. Bu Wiwit kerap marah ketika kami ribut sendiri. Terkadang pada jam extra saya diajari menari hingga bisa pentas seni hari jadi Banjarnegara di Pendopo asri bersama siswa sekolah lain. Pentas seni tari geol Banjarnegara dan 1000 dawet ayu yang digelar di alun-alun Banjarnegara. Peserta tari lebih dari 1000 tari. Hingga akhirnya setiap tahun kami bisa pentas di Pendopo dan Panggung seni saat Agustusan. Bu Mutma'inah - guru kelas 4 beliau masih melanjutkan hafalan juz Amma. Beliau mengajari kami berbahasa Jawa Inggil dan tulisan Aksara Jawa. Beliau sudah tua dan sangat sabar. Jam sekolah usai saya sering diantar sampai depan SMA Muhammadiyah tempat ayah saya mengajar atau mengajak angkot bareng. Bu Anteng - guru kelas 5 Lumayan galak dan semua siswa tidak ada yang berani ribut jika ia berada dikelas kami. Beliau yang menyelesaikan hafalan selesai juz 30. Walaupun sekarang hafalan banyak yang sudah keropos hehee... Secara beliau guru agama sehingga pakaian dan jilbab selalu diperhatikan olehnya. Pak Sugiono dan Pak Suroto - guru kelas 6. Mereka memiliki ide yang briliant. Setiap minggu diadakan tes, 30 anak tertinggi nilainya masuk kelas A dan 30 sisanya masuk kelas B. Dua kelas A dan B siswanya jadi campur aduk. Namun dengan ini kami jadi rajin belajar dan giat mentargetkan harus masuk kelas A. Pak Sugiono jago IPA, saya dan Nurul sering les matematika dengan beliau. Seminggu 4x bergantian tempat. 2 hari tempat saya 2 hari tempat Nurul.  Beliau bersedia kerumah kami kebetulan pula rumah dekat dengan kami berdua. Beliau setiap sore pun berjualan mie ayam. Sungguh luar biasa. Pak Suroto jago IPS. Kami sering menggambar peta dunia untuk mengetahui negara-negara bagian. Dahulu sangat hafal tentang Negara ASEAN, menghafal negara beserta Ibu Kotanya, bahasa yang digunakan dan mata uang yang digunakan. Pak Suroto selalu bikin lucu dan tidak pernah marah. Inilah yang membuat anak-anak suka dengan beliau.
*SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara - Di sini lingkungan saya mulai terpengaruh dunia luar. Kerap ayah dan Ibuku khawatir. Di daerah Bawang banyak sekali preman bahkan beberapa teman saya pun seperti preman. Saya saat itu masih tomboy pernah pula main pukul dengan salah satu teman seperti preman. Saya pernah mukul perut dan wajahnya. Beruntung sekali tidak sampai masuk ke Konselor. Bisa-bisa sampai rumah di konselor lagi sama Nyak Babe. Di sekolah ini saya mulai diajarkan kedisiplinan. Disiplin pakaian, organisasi dan belajar. Memasuki kelas 2 saya diajari mengaji Qira'ah sekalipun suara saya sangat cempreng. Paling betah duduk dibangku kelas 3 sebab teman-teman saya baik, gurunya cantik-cantik. Bu Agus memiliki tanaman anggrek di depan kelas dan saya pun di ajari cara merawatnya. Setiap pagi menyemprot tanaman jika ada yang mengganggu saya semprot teman-teman dengan semprotan tanaman. 
*SMA Negeri 1 Bawang Banjarnegara - Sekolah ini adalah sekolah favorit di Banjarnegara. Memang sedikit berbeda dengan SMAN 1 Banjarnegara yang merupakan sekolah unggulan di Banjarnegara. Disekolah ini saya mulai dididik menjadi orang yang tangguh lewat kepramukaan. Berpikir mendalam lewat penelitian-penelitian kecil. Disiplin lewat peraturan yang ketat. Semua siswa dididik berpakaian rapi. Baju dimasukkan, rok bagi yang tidak berjilbab harus ukuran 3/4 supaya tetap sopan, Baju tidak ketat, atribut lengkap, upacara harus bertopi, jilbab harus rapi, sepatu hitam tanpa warna lain sedikitpun, berangkat tepat waktu, kurang sedikit saja menulis poin di buku tabungan BK. Setiap pagi pasti ada sidak tepat didepan gerbang sekolah. Mereka ingin kita disiplin, awalnya memang berat tapi lama-lama pun biasa saja. Pak Parmono adalah guru yang unik bagi kami. Beliau sudah tua, mengajar Fisika. Pesan yang masih kami ingat "Jangan Apatis" hingga kami abadikan dalam buku kenangan SMA.
*Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta - Kampus ini tempat saya oven saya. Mendidik saya hingga matang betul. Sejak kos harus bisa menata hidup sendiri mulai dari kebersihan pakaian, makanan, keuangan dan waktu. Di Organisasi tempat saya lebih banyak menghabiskan waktu luang sebab disanalah saya banyak komunikasi dengan dosen dan mahasiswa lainnya. Pak Suparman beliau yang sangat berjasa dalam hidupku sekarang. Beliau sekarang sudah menjadi Wakil Dekan FKIP. Mulai dari kuliah penelitian dan matematika bisnis beliau ajarkan dan mendorong saya untuk membuat dan menyerahkan naskah tulisan ke jurnal Seminar Nasional. Hingga lulus kuliah saya telah menyelesaikan 3 jurnal pendidikan. Alhamdulillah. Bimbingan skripsi dengan beliau cukup 4 bulan saja namun rutin tiap minggu. Pak Parman juga sering mendapati saya tidak masuk kuliah sebab organisasi dan pasti diijinkan. Memberikan pencerahan atas rencana S2 saya yang sempat tertunda itupun berkat beliau yang memberikan informasi dan dorongan untuk mengikuti program alumni menjadi guru di Negara Thailand Selatan ini tanpa seleksi dan tanpa pelaporan pada Program Studi, beliau malah yang sampaikan kepada dosen dan prodi.
***
Semua guru-guruku yang telah menjembataniku menjadi seorang guru. Tidak bisa saya sebut satu-satu dan ku tulis secara detail tentangmu. Kiranya saat itu saya rajin menulis, mungkin saya orang pertama yang memiliki biografimu. Kini saya merasakan apa yang Ibu Bapak rasakan ketika saya masih seorang siswa. Tak mudah mendidik anak jaman sekarang. Namun, saya yakin kita sekarang telah bersatu dalam Persatuan Guru Republik Indonesia. Kita bisa mendidik anak-anak hingga kelak ia menjadi bagian persatuan kita atau persatuan yang lainnya....
Semoga Allah membalas kebaikan Bapak Ibu semua...
Terima kasih banyak :D

=== Salam PGRI ===

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Ads