Pages

lokana firda. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah seorang perempuan yang ibu lahirkan pada tanggal 5 Februari. saya sangat menyukai dunia sains dalam kajian kehidupan. hingga akhirnya jatuhlah pilihan hidup saya untuk mengarungi dunia Matematika yang dikomparasikan dengan dunia pendidikan. sehingga dengan buah hasil ilmu yang saya kaji, saya dapat mengaplikasikan sebagai Pendidik Matematika. Untuk Muhammadiyah, Untuk Islam dan Bangsa
y

cursor

Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

bunga mawar

RSS
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Merubah Inspirasi menjadi sebuah coretan tangan

Education's Thailand


"Belajar bukanlah seberapa banyak yang dipelajari namun seberapa banyak yang diserap dan diterapkan dari sebuah pembelajaran sebagai mata pelajaran."

Saya masih berfikir panjang tentang pendidikan. Pendidikan adalah bagian dari dunia setiap manusia. Apalagi sekarang ini saya terlibat langsung didalam proses pendidikannya. Sejauh tentang teori dan praktik pendidikan yang ada di Indonesia dan pernah saya saksikan masih tergolong kurang baik. Bagaimana dengan sekarang dan saat ini yang sedang saya saksikan? Mengapa demikian? Sebab saya hanya bisa menjamah sepersekian persen saja yang jauh dari angka satu. Saya katakan, pendidikan kita insya Allah jauh lebih baik daripada yang di Thailand. Saya hanya bisa membahas yang ada disekolah tempat saya mengajar, mari kita simak...
1.       Jam belajar
Jam belajar di sekolah tempat saya mengajar sekitar pukul 07.45 sudah berkumpul dilapangan untuk apel pagi dan doa bersama hingga pukul 08.00 pelajaran pertama dimulai pukul 08.20. Sebenarnya waktu di Indonesia sama dengan waktu di Thailand. Saya pun kurang faham mengapa diberlakukan awal jam belajar pukul 08.20. Sayang sekali pikiran pagi yang masih fresh tidak bisa dimanfaatkan Kondisi ini sangat baik untuk dimasuki beberapa kajian ilmu sebab otak belum terlalu banyak berfikir. Semakin siang kondisi otak akan semakin lelah pula. Hingga pukul 16.00 kegiatan sekolah berlangsung tanpa istirahat. Mereka belajar dari pukul 08.20-12.05 kemudian istirahat makan dan sholat Dhuhur, pukul 13.00 sampai pukul 16.00 pelajaran usai dan ditutup dengan sholat ashar berjamaah. Begitu setiap harinya Senin hingga Jum’at. Sabtu Minggu libur sekolah.
2.       Jumlah mata pelajaran.
Jumlah mata pelajaran sebanyak 23 mata pelajaran yang dilahap 7-9 mata pelajaran perhari. Durasi perminggunya 5 hari sekolah. Padat sekali bukan? Sehari belajar 9 jam pelajaran dengan durasi 45 menit tiap jam pelajaran. Tak bisa kita bayangkan bagaimana jenuhnya setiap bel ganti pelajaran. Pelajaran belum sempat diserap baik oleh siswa sudah diberikan materi lain. Kemudian bagaimanakah jika dalam sehari semua mata pelajaran mengadakan tugas rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya, mereka sudah pulang sore masih ditimpakan banyak tugas harus selesai.
3.       Ujian sekolah
Ujian ini diadakan 4 kali tes. Ada Mid Semester 1, Akhir semester 1, Mid semester 2 dan akhir semester 2. Kurang lebih setiap 2.5 bulan diadakan tes. Biasanya tes diadakan 4 hari saja dimana setiap harinya bisa 3-5 mata pelajaran yang diujikan. Biasanya kita ujian sehari 2 mapel saja sudah klepek-klepek dan hasilnya belum tentu memuaskan sebab kurangnya melemahnya daya pikiran dan daya konsentrasi. Soal ujian dibuat oleh guru yang mengajar bukan suatu perkumpulan dari kelembagaan. Ujian pun dengan durasi waktu disekolah pukul 08.20 hingga 15.15. Selisih 45 menit lebih awal. Disini siswa kurang waktu untuk belajar. Sepulang dari sekolah tentu lelah apalagi mereka yang rumahnya jauh dari sekolah.
4.       Kekerasan pada siswa
Pertama kalinya saya melihat pemyabetan siswa dengan menggunakan rotan apalagi melakukannya berkali-kali didepan publik. Setiap siswa yang memiliki kasus berat disekolah, saat apel pagi akan dipanggil mendapat minimal dua sabetan rotan. Semua siswa dan guru dilapangan menyaksikannya. Bagi mereka sudah hal yang biasa. Hukuman fisik seperti itu sudah dikenai sejak mereka masih duduk dibangku Anuban (TK) hanya saja tingkat hukumannya berbeda. Walaupun berbeda tapi hukuman fisik ini sudah dirasakan. Seorang anak semakin sering dihukum, bukannya semakin menjadi baik dan disiplin namun akan semakin nakal dan brutal. Mereka ingin protes namun ekspresi kenakalanlah yang bisa ia luapkan. Saya sepakat jika penyabetan itu karena mereka tidak melaksanakan sholat namun lain cerita jika penyabetan itu karena mereka tidak mengerjakan PR, tugas, tidak mengikuti pelajaran, dan kesalahan lainnya.
5.       Kurangnya reward
Reward juga penting untuk membentuk kepercayaan anak didik. Walaupun kesannya seperti iming-iming yang membuat anak mau melakukan sesuatu demi hadiah. Bukan itu.  Seorang siswa bercerita pada saya “Teacher, seminggu lagi saya akan ikut lomba bahasa Inggris. Tapi esok saya harus ke Bangkok. Saya malas ikut lomba. Saya hanya dimanfaatkan kecerdasan saya setelah itu saya akan diperlakukan layaknya siswa yang tidak tahu diri. Saya sangat sakit hati”
Mereka ingin ucapan selamat dan dihargai betul kemampuan dirinya oleh sang guru.
Apa yang terjadi dengan siswaku saat ini? sekali lagi saya tidak sedang mengkritik namun sedang mengupas permasalahan yang terjadi. Ini bukanlah aib karenapun tak ada yang tertutup justru ini sangat diharapkan minimal do’a dari kawan-kawan seiman.
Nakal adalah sifat yang dimiliki anak-anak namun nakal dan brutal hanya dimiliki oleh sebagian anak-anak. Permasalahan kerap banyak terjadi baaik internal maupun eksternal. Beberapa siswa saya adalah korban perceraian orang tuanya, pengekangan dari orang tuanya, keadaan ekonomi, dan lainnya. Seminggu ini saya mendengar 3 siswa saya korban perceraian dan 3 siswa saya dikekang oleh orang tuanya, Putus sekolah karena perekonomian keluarga.

Banyak guru yang mengeluhkan ini, siswa brutal. Sering ada kroyokan disamping sekolah. Tidak mengerjakan PR dan nilai yang buruk. Sebenarnya masalah teknis belajar itulah yang saya sayangkan. Siswa pasti jenuh dengan jadwal sepadat itu sehingga tidak ada banyak waktu untuk belajar maupun bermain. Kekerasan yang kerap terjadi membuat mereka terbiasa dan mudah mempermainkan guru. Tidak dihargai oleh siswa itu biasa namun sekaligus dibuat jengkel setiap hari membuat ini luar biasa. Buas ya bisa jadi sebutan untuk mereka..
Masih banyak yang ingin saya share terkait pendidikan namun pikiran saya sudah buntu hehee :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Ads