Pages

lokana firda. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah seorang perempuan yang ibu lahirkan pada tanggal 5 Februari. saya sangat menyukai dunia sains dalam kajian kehidupan. hingga akhirnya jatuhlah pilihan hidup saya untuk mengarungi dunia Matematika yang dikomparasikan dengan dunia pendidikan. sehingga dengan buah hasil ilmu yang saya kaji, saya dapat mengaplikasikan sebagai Pendidik Matematika. Untuk Muhammadiyah, Untuk Islam dan Bangsa
y

cursor

Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

bunga mawar

RSS
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Merubah Inspirasi menjadi sebuah coretan tangan

NALAR

Tugas 7 : Ujian Tengah Semester (UTS)
                   
Lokana Firda Amrina
15709251055 / Pend.Matematika D


Tuhan telah mengajarkan kepada Adam, maka secara simbolik manusia mewarnai buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa. Kemudian manusia hidup berbekal pengetahuan, Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpaling kepada pengetahuan. Manusia sebagai makhluk yang bernalar, tentu menjadi satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan dengan sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan namun sebatas kelangsungan hidupnya.
Dalam kenyataannya ada pengetahuan tertentu yang bisa dibangun oleh manusia tanpa harus atau tidak bisa mempersepsinya dengan indera terlebih dahulu. Manusia bisa membangun pengetahuan, misalnya, dari anggapan dua entitas yang masing-masing sama besarnya dengan entitas ketiga adalah entitas sama besar. Pengetahuan semacam itu jelas dengan sendirinya (tanpa persepsi indra) karena ada akal yang memungkinkannya. Demikian argumentasi yang dibangun para filsuf ilmu sekuler untuk melandasi pemikiran mereka mengenai akal sebagai sumber pengetahuan. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, maka filsafat ilmu sekuler menempatkan akal adalah salah satu sumber pengetahuan yang mungkin untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Pandangan ini merupakan representasi dari pandangan filsafat Rasionalisme dimana dalam pandangan moderatnya berpendirian bahwa manusia memiliki potensi mengetahui dengan pasti dengan sendirinya, tentang beberapa hal yang relevan. Misalnya, kenyataan-kenyataan : keseluruhan adalah lebih besar dari bagian-bagiannya; satu adalah separuh dari dua; keliling lingkaran lebih besar dari garis tengahnya; adalah pengetahuan yang dapat diketahui dengan pasti dan dengan sendirinya karena potensi akal.

TOKOH FILSUF BERBICARA TENTANG “NALAR”
FILSAFAT KLASIK
1.      Democritus (460-360 SM)
Ø  Persepsi menghasilkan opini : nalar memberi pengetahuan tentang realitas
Ø  Nalar harus menggambarkan pengetahuan tentang realitas melalui kualitas persepsi kedua (warna, rasa, dsb)
Ø  Nalar itu sendiri adalah produk dari materi yang bergerak
2.      Socrates (470-399 SM)
Ø  Prinsip universal yang terbuka bagi nalar adalah konsep moral yang disepakati oleh semua ide
3.      Plato (427-347 SM)
Ø  Nalar dan pandangan menemukan universal dalam fenomena perceptual, yakni idea tau bentuk realitas yang dapat dimengerti (rasionalisme dan intuisisme)

ABAD PERTENGAHAN
1.      Thomas Aquinas (1224-1274)
Ø  Nalar yang tanpa tujuan semata tidaklah cukup untuk mengetahui dunia dan Tuhan

MODERN
1.      John Locke (1632-1704)
     Pikiran tidak hanya bersikap pasif menerima dari luar. Beberapa aktivitas berlangsung di dalam pikiran pula. Gagasan-gagasan dari indra diolah dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai, meragukan dengan demikian menimbulkan apa yang dinamakan perenungan.
2.      Immanuel Kant (1724-1804)
      Teori realitas – idealisme kritis atau transendental. Realitas sebagai “sesuatu yang dalam dirinya” (thing-in-self) (ding an sich) atau sebagai nomena tidak mungkin dapat diketahui. Nomena menghadirkan dirinya pada pikiran sebagai fenomena yang dapat diketahui (lihat fenomenalisme). Fenomena merupakan produk bersma dari pikiran dan data indrawi. Fenomena menjadi mungkin hanya karena pikiran maupun mengendalikannya dalam ruang dan waktu. Pikiran tidak mampu mengetahui apa yang disebut dengan “sesuatu yang dalam dirinya”. Pikiran hanya mampu mengenal fenomena karena memiliki kemampuan untuk itu sehingga fenomena memungkinkan diketahui. Pikiran menyediakan agen mengorganisir dan mempersatukan yang menjadikan fenomena tidak hanya mungkin dikenali dan dipikirkan tetapi juga menyeragamkan, universal, dan dapat disampaikan. Realitas sebagai nomena termasuk diri dapat juga bebas, sebagaimana diharapakan tuntutan nalar prkatis dan kepentingan moral.

Ada Dua Kebenaran : Kebenaran Nalar dan Kebenaran Fakta
Magge (1998) menceritakan mengenai Pembedaan Dasar, bahwa Leibniz berpendapat bahwa semua pernyataan yang benar harus mengikuti salah satu dari dua tipe logika ini : entah kita perlu menelaah fakta-fakta, dalam arti bahwa pernyataan itu pasti benar atau salah berdasarkan penggunaan unsure-unsur kalimat itu sendiri. Karena kita dapat menentukan kebenaran pernyataan tipe kedua dengan menganalisis pernyataannya tanpa harus melihat hal-hal di luar pernyataan itu, kelak dalam sejarah pernyataan semacam itu dikenal sebagai “pernyataan analitis”. Sementara itu pernyataan tipe lainnya disebut “pernyataan sintesis”.
Pembedaan itu dikembangkan lebih lanjut selama tiga ratus tahun kemudian dan menempati posisi amat penting dalam tradisi filsafat empiris pada periode di antara Leibniz dan Kant. Pada abad 20, perbedaan ini merupakan hal yang fundamental dalam Positivisme Logis. Bahkan ada yang berkata, apabila kita belajar filsafat, cukuplah jika kita menguasai pembedaan itu sebaik-baiknya. Logika dan matematika akhirnya dipandang sebagai pernyataan analitis, sementara klaim-klaim pengetahuan tentang dunia empiris dianggap sebagai pernyataan sintesis. Ada pula konsekuensi-konsekuensi lain dari pembedaan ini. Pengingkaran terhadap sebuah pernyataan secara analitis benar merupakan sebuah kontradiksi terhadap dirinya sendiri, maka tidak mungkin benar. Sementara itu, pengingkaran terhadap sebuah pernyataan yang secara sintetis benar bukanlah sebuah kontradiksi terhadap dirinya sendiri, melainkan merupakan sebuah pernyataan sintetis lainnya yang bisa benar namun kebetulan tidak benar. Jadi yang pertama merupakan suatu kemustahilan sedangkan yang kedua sebuah kemungkinan.
Lanjutnya, Leibniz memperkenalkan ke dalam filsafat modern pengertian tentang dunia alternative yang mungkin ada. Sebenarnya mungkin saja terjadi bahwa semua manusia berjari enam atau berjari tiga. Namun, tidak mungkin ada suatu dunia dimana kita bisa mempunyai kedua-duanya sekaligus. Maka keduanya adalah kemungkinan. Aktualisasi salah satu kemungkinan yang lain. Terciptalah istilah “komposibilitas” yakni kemungkinan-kemungkinan (possibilities) yang kompatibel satu sama lain, sebagai lawan dari kemungkinan-kemungkinan yang tidak kompatibel satu sama lain. Jumlah total dari sejumlah komposibilitas membentuk suatu dunia yang mungkin ada dan sejumlah kemungkinan ini amat banyak tak terhingga. Libniz percaya bahwa Tuhan bisa saja memilih menciptakan suatu jenis dunia yang mungkin dan sebagai pribadi yang sempurna Tuhan telah memilih untuk menciptakan dunia yang terbaik yang paling mungkin.

Nalar adalah budak nafsu
Magee (1998) menceritakan bahwa David Hume (1711-1776) menganjurkan sikap “skeptisisme yang longgar”. Sehingga ia menyatakan bahwa kita harus dengan besar hati mengakui bahwa bukti yang konklusif tidak memainkan peran apapun dalam kehidupan manusia selain dalam bidang matematika. Kita tidak pernah benar-benar mengetahui apapun, kita memang bisa menduga, berharap, memperkirakan tetapi itu sama sekali bukan pengetahuan. Hume menegaskan kembali pembedaan yang dikemukakan oleh Leibniz, yakni antara pernyataan analitis dan sintetis. Menurut Hume, pernyataan-pernyataan sintetis tidak pernah dapat diketahui dengan pasti sebagai hal yang benar. Maka, kita tidak boleh menyediakan ruang dalam kepala kita bagi pelbagai Teori tentang Segala Sesuatu baik dalam filsafat, politik, sains, agama, atau bidang lain dimanapun. Bila kita tidak dapat yakin tentang apapun, betapa anehnya ada yang mengklaim mempunyai jawaban tentang segalanya. Sistem-sistem keyakinan yang besar dan terorganisir sama sekali tidak menarik bagi Hume. Ia percaya bahwa kita harus memegang pendapat dan harapan kita dengan sedikit menahan diri karena kita tahu bahwa pendapat dan harapan kita bis jadi salah. Kita juga harus menghormati pendapat dan harapan orang lain. Karakter filsafat Hume memang ugahari, moderat dan toleran seperti halnya karakter Hume sendiri.
Pandangan-pandangan Hume telah memberikan pengaruh yang luas dan terus berlanjut hingga zaman kita sekarang. Betapa persoalan filosofis yang diangkatnya sampai hari ini belum terpecahkan, terutama soal induksi.

Cahaya Nalar
Magee (1998) menceritakan bahwa menurut Voltaire (1694-1778), Setelah masuk penjara kedua kalinya di Bastile, Voltaire terpaksa mengungsi ke Inggris selama lebih dari dua tahun. Pengalaman ini menjadi titik balik intelektual dalam hidupnya. Suasana kebebasan yang ditemukannya di Inggris pada saat itu, serta penghormatan terhadap individu dan hokum, seakan-akan memberinya sebuah tongkat untuk mencambuki masyarakat Prancis sepanjang sisa hidupnya. Ia fasih berbahasa Inggris dan mulai menekuni sains baru yang dirintis Newton serta filsafat liberal yang dirintis Locke. Voltaire tidak pernah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pokok ide-ide itu. Sebaliknya, ide-ide itu seolah-olah telah menguasai Voltaire dan memberinya amunisi untuk dituangkan dalam seluruh karyanya rentang karier kepenulisannya yang luar biasa panjang. Ia menyebarluaskan ide-ide itu melalui pelbagai sarana yang bisa diraihnya  seperti drama, novel, biografi, karya sejarah, pamphlet, surat resmi, resensi dengan kecerdasan dan kecemerlangan yang sedemikian hebat sehingga karya-karyanya dikenal oleh kalangan pembaca di Eropa Barat. Jarang ada sosok yang sedemikian mahir mempopulerkan bepbagai hal seperti Voltaire, sehingga mampu memberikan pengaruh begitu dalam terhadap masyarakat sekitar.
Salah satu peristiwa yang paling menggegerkan adalah ketika Voltaire melontarkan kembali gagasan Leibniz bahwa keyakinan atas apapun harus selalu dialihkan dengan buku-buku pendukung. Pada saat ini ada begitu banyak kepercayaan yang sudah menjadi buku dalam bidang keagamaan dan sosial yang ternyata harus dilandasi otoritas Gereja dan Negara semata-mata. Akhirnya pernyataan-pernyataan itu mulai gerah ketika dihadapkan pada penyelidikan nalar. Semangat luas untuk melihat segalanya dalam cahaya nalar atau rasio inilah yang kemudian dikenal sebagai “pencerahan”. Enlighteument, sehingga periode ini yang kemudian menguasai Eropa, kemudian dikenal sebagai Abad Pencerahan.

PERKEMBANGAN “NALAR” DIRANAH KONTEMPORER
Nalar (Reason)
Menurut Surajiyo (2005), Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini tentang asas-asas pemikiran yaitu :
a.      Principium Identitas
Yaitu sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri (A = A). Asas ini sering disebut dengan asas kesamaan.
b.      Principium Contradictionis
Yaitu apabila dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin dua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain pada subyek yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu. Asas ini biasa disebut asas pertentangan.
c.       Principium Tertii Exclusi
Yaitu apabila dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu diantara kedua itu, tidak perlu ada pendapat ketiga. Asas ini biasa disebut asas tidak adanya kemungkinan ketiga.

Nalar dan Anti Nalar
Menurut Marxist (1818-1883) Masa di mana kelas kapitalis memihak pada cara pandang yang rasional atas dunia tinggallah kenangan. Dalam epos pembusukan kapitalisme, proses yang semula dijalani kini dijalankan ke arah kebalikannya. Mengutip Hegel, ini adalah "Nalar menjadi Anti-Nalar". Benar bahwa, di negeri-negeri industri maju, agama "resmi" telah membeku. Gereja-gereja tidak lagi didatangi orang yang bersembahyang, dan semakin jatuh ke dalam krisis. Sebagai gantinya, kita melihat satu "wabah Mesir", bertumbuhnya sekte-sekte keagamaan yang aneh-aneh, yang diiringi dengan berkembangnya berbagai jenis ajaran mistis dan segala macam tahyul. Wabah fundamentalisme agama yang mengerikan Kristen, Yahudi, Islam, Hindu adalah satu perwujudan dari kemandegan yang dialami masyarakat. Sejalan dengan semakin mendekatnya abad baru, kita dapat mengamati kemunduran yang dahsyat dari masyarakat, kembali ke Abad Kegelapan.
Gejala ini tidak hanya terjadi di Iran, India atau Aljazair. Di Amerika Serikat kita melihat "Pembantaian Waco", dan setelah itu, di Swiss, bunuh diri massal yang dilakukan oleh sekelompok orang fanatik beragama lainnya. Di lain-lain negeri barat, kita melihat penyebaran tak terkendali dari berbagai sekte keagamaan, tahyul, astrologi dan segala macam kecenderungan irasional. Di Perancis, terdapat sekitar 36.000 pastor Katolik, dan sekitar 40.000 astrolog profesional yang tercatat sebagai subyek kena pajak. Sampai baru-baru-ini, Jepang nampak sebagai pengecualian terhadap kecenderungan ini. William Rees-Moff, mantan editor dari harian Times di London, dan seorang Konservatif tulen, dalam buku barunya, The Great Reckoning, How the World Will Change in the Depression of the 1990s, menyatakan bahwa: "Bangkitnya kembali agama adalah sesuatu yang sedang terjadi di seluruh dunia, dengan berbagai tingkatannya. Jepang mungkin merupakan pengecualian, mungkin karena tatanan sosial belumlah menunjukkan tanda-tanda keretakan di sana. Rees-Mogg berbicara terlalu lekas. Dua tahun setelah kalimat itu dituliskan, serangan gas yang mengerikan di jalur kereta bawah tanah Tokyo menarik perhatian dunia akan keberadaan satu kelompok keagamaan fanatik yang cukup besar, di mana krisis ekonomi telah menamatkan masa-masa keemasan tanpa pengangguran dan ketidakstabilan sosial. Semua gejala ini mengandung satu kemiripan yang luar biasa dengan apa yang terjadi di masa-masa setelah semakin memudarnya pengaruh kekaisaran Roma. Jangan juga ada yang membantah bahwa gejala ini hanya terbatas pada rakyat jelata. Ronald dan Nancy Reagan secara teratur berkonsultasi dengan para astrolog mengenai tindakan-tindakan mereka, baik yang besar maupun yang kecil. Di bawah ini adalah kutipan dari buku Donald Regan, For the Record : "Hampir setiap pergerakan dan keputusan besar yang diambil Reagan selama masa saya menjabat sebagai kepala staf Gedung Putih terlebih dahulu diperbincangkan dengan seorang perempuan di San Fransisco yang melihat horoskop untuk memastikan bahwa semua planet terletak dalam posisi yang menguntungkan untuk mendukung keberhasilan keputusan tersebut. Nancy Reagan kelihatannya memiliki kepercayaan mutlak kepada kekuatan supernatural dari perempuan ini, yang telah meramalkan bahwa "sesuatu" yang buruk akan terjadi pada presiden beberapa waktu menjelang percobaan pembunuhan terhadapnya di tahun 1981.

Lahirnya Rasionalisme
Menurut Magee (1998) filsafat dikenal juga sebagai aliran Rasionalisme yang mendasarkan diri pada keyakinan bahwa pengetahuan kita tentang dunia dapat diperoleh menggunakan nalar, dan bahwa masukan indrawitidak dapat diandalkan, yang malah justru lebih cenderung menjadi sumber kekeliruan daripada sumber pengetahuan.
Magge masih menceritakan dalam bukunya bahwa walau hanya sedikit dari para filsuf besar yang mengikuti pandangan Deskrates tentang tidak dapat diragukannya eksistensi Tuhan, ia telah memperkenalkan sejumlah hal fundamental ke dalam pemikiran Barat. Keyakinannya bahwa nalar penemuan ilmiah menuntut kita untuk memulai fakta-fakta yang tak dapat diragukan dan menarik konsekuensi yang bernalar darinya menjadi fondasi ilmu pengetahuan di Barat. Para pemikir berikutnya kebanyakan sampai pada keyakinan bahwa pengamatan yang terkendali dan berdisiplin memiliki peran yang mutlak perlu untuk memperoleh fakta-fakta yang tak dapat diragukan, yang kita perlukan untuk membangun premis-premis. Namun mereka tetap mengakui bahwa Descartes telah mengambil dasar metode yang benar : bahwa ia mulai dari fakta-fakta yang dapat diandalkan, kemudian menerapkan nalar terhadap fakta itu dan tidak membiarkan apapun melakukan intervensi yakni apasaja yang bahkan pada tingkat sekecil pun dapat menimbulkan keraguan. Descrates meyakinkan orang-orang bahwa metode ini memungkinkan suatu sains berbasis matematika yang mampu memberikan pengetahuan yang dapat diandalkan tentang dunia. Sesungguhnya, memang itulah satu-satunya cara untuk mencari tahu tentang dunia dan kepastian mutlak.
Teori Pengetahuan – nominalisme, rasionalisme (tetapi juga skeptisisme). Sensasi (phantasmes atau rasa imaj) lahir dari gerak jasmani bersama dengan nalar yang membentuk pengetahuan. Namun, nalar bukan sebuah ”cahaya” yang memancarkan kebenaran universal, sebagaimana terdapat dalam filsafat abad pertengahan atau filsafat Cartesian, nalar juga bukan aktivitas pikiran yang dipahmi secara umum (tidak ada yang namanya pikiran). Akan tetapi nalar merupakan sebuah epiphenomenon tubuh manusia yang memilki fungsi tertentu, seperti memberi nama, mengindentifikasi sebab-sebab alami, atau kejadian secara simbolik. 

Metode Kritik Nalar Filsafat Al-Ghazali
Mansur dalam Tesisnya mengungkapkan, Al-Ghazali mempunyai metode kritik nalar. Mengingat istilah nalar baru muncul sejak dipopulerkan oleh Kant dalam dunia filsafat Barat, yang dikenal dengan kritik akal (nalar) budi murni dan kritik akal budi praktis, dan Jabiri dalam dunia Islam yang dikenal dengan kritik nalar arabnya. Lalu bagaimana al-Ghazali mempunyai metode kritik nalar, sementara dia hidup jauh sebelum kedua tokoh tersebut. 4 Kini kritik nalar di dunia Islam populer sejak Jabiri melemparkan pemikiran kritisnya dipasar intelektual muslim dengan proyek besarnya “kritik nalar Arab”. Sebagai pemikir yang metode kritik nalar arabnya telah mengilhami para pemikir Indonesia khususnya, ada baiknya jika kita menoleh sejenak pada pemikiran Jabiri dalam memahami istilah nalar. Salah satu analisis Jabiri yang relevan dengan tulisan ini adalah analisisnya bahwa pemikiran terbagi dua; pemikiran sebagai Isi dan sebagai Alat.
1.      Pemikiran sebagai isi dalam arti sekumpulan pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran yang dilahirkan oleh pemikiran sebagai alat, misalnya tentang akhlak, doktrin-doktrin keyakinan mazhab, di samping juga pemikiran yang berkaitan dengan pandangan manusia tentang alam semesta. Sementara pemikiran sebagai alat berfungsi memproduksi pemikiran-pemikiran, baik pemikiran yang diproduksi dalam kerangka internal ideologi atau dalam kerangka internal pengetahuan. Pemikiran kedua ini ada dua; pertama akal pembentuk (al-aql al-Mukawwin) yang biasa disebut nalar murni. Pemikiran dalam bentuk ini merupakan pembeda antara manusia dengan hewan dan setiap manusia mempunyai akal pembentuk ini. Kedua adalah akal terbentuk (al-aql al-Mukawwan), yang biasa disebut nalar budaya, yaitu sekumpulan prinsip-prinsip dasar, konsep-konsep dan gagasan yang mengatur sistem kognisi berfikir manusia. Bentuk ini merupakan alat pembeda masing-masing manusia yang berada dalam ranah budaya yang berbeda. Perbedaan antara nalar Arab 1 Muhmmad Abed al-Jabiri, Iskaliat al-fikr al-Arobi al-Muashir, Beirut: Markaz Dirasat al-Wahdah al-Arobiyah. Dengan nalar Barat terletak pada nalar bentuk kedua ini. Pada aspek nalar terakhir inilah kritik nalar Jabiri diarahkan. Itu berarti, kedua unsur pemikiran di atas, yakni pemikiran sebagai isi dan sebagai alat, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah, walaupun juga ada perbedaannya. Pemikiran sebagai isi, berarti sebagai produk dari pemikiran sebagai alat. Tidak mungkin pemikiran lahir tanpa ada alat berfikir. Dengan bahasa yang berbeda, dalam konteks pemikiran sebagai alat, al-Ghazali bertolak pada metode berfikir logis dan benar yakni ilmu logika. Menurutnya, ilmu logika sangat penting dalam merumuskan pemikiran yang benar dan logis.
2.      Disamping mengandung kebenaran, ilmu logika juga mengandung kesalahan. Asumsi adanya kesalahan inilah, menurut al-Ghazali ilmu logika harus diperbaiki, agar tidak membawa efek negatif terhadap ilmu yang menggunakan ilmu logika, termasuk ilmu agama. Kritik terhadap ilmu logika ini merupakan bentuk kritik pemikiran sebagai metode nalar. Sedang kedua ilmu lainnya, metafisika dan fisika dalam pandangan al-Ghazali juga mengandung kesalahan, di samping mengandung kebenaran. Dengan asumsi itu, dia hendak mengkritik kedua ilmu tersebut guna 11-12. Nilai pentingnya logika bagi al-Ghazali ditunjukkan oleh seringnya al-Ghazali menampilkan analisis logika, baik dalam buku tertentu atau dalam kebanyakan karya-karyanya. Misalnya dalam bukunya Al-Qisthas al-Mustaqim, yang ditulis dengan gaya dialog; di dalam Maqosyid Falasifah, yang ditulis pada bab awal dari tiga disiplin yang ditulisnya, dan juga buku Mi’yar al-Ilmi, sebagai buku logika tersendiri sebagai salah satu unsur kritik al-Ghazali atas kerancuan pemikiran para filsuf, kendati menurut Sulaiman Dun yang terkadang al-Ghazali tidak konsisten. Al-Ghazali, Maqasyid Falasifah, Muqaddimah ala Tahafut Falasifah, Edit. Sulaiman Dun-Yang, Mesir: Dar al-Ma’a rif, tt. 6 menemukan kebenaran yang hakiki pada agama. Kritik terhadap kedua ilmu terakhir ini merupakan bentuk kritik terhadap pemikiran sebagai isi. Untuk memberikan sedikit pencerahan tentang al-Ghazali, dalam tulisan ini, saya hendak merekonstruksi karya-karya rasional al-Ghazali, terutama yang tertuang dalam beberapa bukunya, yakni: Maqosyid Falasifah, Tahafut falasifah dan Mi’yar al-ilmi serta, al-Munkidz min al-dlalal.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

STRUKTUR

Tugas 6 : Refleksi 5
                   
Lokana Firda Amrina
15709251055 / Pend.Matematika D


Pikiran tukang belum berfilsafat, pikiran filsafat merdeka, pikiran instansi meredeka tergantung substansi. Masalah nilai, kita tidak mungkin pada abad 19 mulai sebuah nilai. Berarti filsafat kita tergantung dari diri kita. Mengenai hal tersebut kita belum berfilsafat, baru membuka sebagian kecil nilai. Awal adanya manusia ada nilai, Zaman Nabi Adam sudah ada baik dan buruk. Nilai itu sejak manusia sudah ada maka sudah ada value bauik buruk, ada surga dan neraka. Tergoda adalah value. Laki-laki dan perempuan, semuanya adalah value. Jika tidak begitu maka masih dangkal sekali analisisnya. Plato itu sumber dari nilai. Republic pembuatnya. Didalamnya terdapat dialog Socrates. Buku-buku ada di plato. Socrates penuh dengan nilai. Belum ketika diintensifkan dan diefektifkan. Hermenuetika adalah struktur, mulai dari normatif, formal, spiritual, material dan… value dalam material seperti  Cincin hilang namun kita memikirkan mati, cincin diberi nilai setara dengan hidup. Formal contohnya menata hidup value, puncaknya di UUD 45, adalah bentuk formal value. Dari undang-undang formal pemerintahan hingga kelas. Normative adalah filsafat : ontologism, estetika, dan epistemology. Ontologism larinya ke wadah dan isi. Wadah bervalue, isi bervalue jadi value memuat value. Terstruktur dan tertata.  Epistimologi bagaimana orang memahami value, apa yang menjadi sumber kita memahami value. Sumber para filsuf. Seperti Epistimologi kontekstual ada epistemologi kematian, muhammadiyah mencari tuhan, masing-masing punya metodologi. Dan tidak bisa lepas dari ekstensinya karena filsafat. Struktur adalah micro cosmos konsepnya kontekstual. Orang luar dan indo memaknai cosmos adalah berbeda. Orang jawa micro cosmos ada dalam hati. Oleh karena itu didesa tidak dipikirkan namun di penggalih.
Pikiran manusia termasuk mikro. Padahal yang didalam hati berjalan, dihermeneutika. Bagaimana sopan santun orang desa mengalir ke orang tua hingga sekarang. Bagaimana versi bakti Nabi Adam. Filsafat menembus ruang dan waktu dan harus berani. Jadi diekstensikan bergitu. Estetika adalah indah dan keindahan, baik dan kebaikan dll. Ragam antara benar dan baik adalah tidak indah. Dalam kehidupan sehari-hari salah namun baik. Orang tua menipu anaknya karena anaknya belum bisa menelaah pikirannya. Dan itu selalu dituntut para filsuf.
Abad 19 adalah jaman kontemporer masih jaman kekinian. Masih normative. Ontologism didalamnya ada metafisik. Disebalik value ada value. Berfilsafat tidak merujuk pada satu referensi. Karena filsafat banyak referensi. Jika hanya satu referensi maka mitos dan itu musuh besar filsafat. Apalagi yang diandalkan bukan pakar filsuf hanya praktisi pendidikan.
Ada Phi sudah terstruktur yang terikat pada ruang matematika. Bilangan irasional yang tidak dapat berhenti dari koma. Munculnya disebut dengan munculnya dua komen yang berbeda. Komen surability. Kita punya uang dolar dan satu dolar untuk jajan anak. Maka tukang jajan tidak mampu menjual dan kita tidak mampu membeli karena ukuran tidak seimbang. Itulah yang dialami pytagoras. Rupiah ya rupiah supaya tidak terhenti. Uang dolar tidak bisa mengukur harga disini. Inkomen surability. Maka muncullah ukiran baru, value bilangan dan bilangan akar dua, yang tidak akan pernah berhenti. 1675 jaman yunani,

Majemuk struktur sangat kompleks. Logika dan matematika, dan merupakan bagian dari struktur. Ambil singularnya. Persamaan harus peka terhadap omongan pak mar. mengambil persamaan berarti belum bergerak. Dari kata sama, ambil unsure ontologism dan unsure dasar yang terkecil. Masuk area matematika akan persamaan. Jika tidak mengambil unsure ontologism maka tidak seimbang. Struktur saja atau hermeneutika saja. Atau komponen dari hermeneutika. Ada lingkaran, garis lurus, dll diterjemahkan. Tumbuh berkembang hidup dan mati.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Negasi

Tugas 5 : Struktur
                   
Lokana Firda Amrina
15709251055 / Pend.Matematika D


Tiap bidang ilmu pengetahuan memiliki kosa katanya sendiri, istilah-istilah yang seringkali tidak sama maknanya dengan penggunaannya sehari-hari. Hal ini tentu akan menimbulkan berbagai kesulitan dan kesalahpahaman. Kata "negasi" umumnya dimaknai sebagai sekedar penghancuran, pemusnahan. Penting untuk dipahami bahwa dalam dialektika, negasi memiliki hakikat yang sama sekali berbeda. Ia bermakna menghancurkan dan memelihara pada saat yang bersamaan. Kita dapat menegasi sebutir benih dengan menginjaknya hancur. Benih itu "dinegasi" tapi bukan dalam makna yang dialektik.
Orang-orang Yunani kuno sangat akrab dengan diskusi yang dialektik. Dalam sebuah debat yang dijalankan dengan benar, satu ide dikemukakan (tesis) dan kemudian disambut dengan ide yang berlawanan (antitesis) yang menegasinya. Akhirnya, melalui proses diskusi yang menyeluruh, yang menjelajahi isu yang dibahas dari segala sudut pandang dan menjabarkan seluruh kontradiksi yang tersembunyi, kita akan sampai pada kesimpulan (sintesis). Kita boleh sampai atau tidak sampai pada kesimpulan tapi, dengan diskusi, kita telah memperdalam pengetahuan dan pemahaman kita dan menempatkan keseluruhan diskusi dalam bidang pandang yang sama sekali berbeda.
Sangatlah jelas bahwa tidak satupun kritikus yang menyerang Marxisme pernah berepot-repot membaca sendiri karya-karya Marx dan Engels. Seringkali dianggap, contohnya, bahwa dialektika terdiri dari "tesis-antitesis-sintesis", yang dianggap telah disalin Marx dari Hegel (yang dianggap menyalinnya dari Tritunggal Mahakudus) dan menerapkannya ke dalam masyarakat. Karikatur yang kekanak-kanakan ini masih terus diulangi oleh orang-orang yang semestinya dianggap intelektual sampai hari ini. Pada kenyataannya, bukan hanya dialektika Marx bertentangan dengan dialektika Hegel yang idealis, tapi dialektika Hegel itu sendiri sangat berbeda dengan filsafat Yunani klasik.
Plekhanov dengan tepat menyindir upaya untuk mereduksi struktur dialektika Hegelian pada "Tritunggal kayu" tesis-antitesis-sintesis. Dialektika Hegel yang maju itu mengandung hubungan yang kurang-lebih sama terhadap dialektika Yunani, seperti hubungan ilmu kimia modern terhadap penyelidikan primitif yang dilakukan oleh para ahli alkimia tempo dulu. Benar bahwa para ahli alkimia itu menyiapkan landasan bagi berkembangnya ilmu kimia secara umum, tapi pernyataan bahwa "keduanya pada dasarnya sama" adalah pernyataannya yang konyol, titik. Hegel kembali pada Heraclitus, tapi pada tingkatan kualitatif yang lebih tinggi, yang telah diperkaya oleh 2.500 tahun perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Perkembangan dialektika itu sendiri adalah proses yang dialektik.
Pada masa kini, kata "alkimia" digunakan sebagai sinonim dari sihir tipu-tipu. Ia mengumpulkan segala hal yang berhubungan dengan mantera dan black magic. Unsur-unsur ini memang hadir dalam sejarah alkimia, tapi aktivitas mereka tidaklah terbatas pada hal-hal ini saja. Dalam sejarah ilmu pengetahuan, alkimia memainkan peran yang sangat penting. Alkimia adalah kata bahasa Arab, yang digunakan untuk segala jenis ilmu tentang material. Banyak di antara mereka memang penipu, tapi tidak sedikit pula yang merupakan ilmuwan-ilmuwan yang baik! Dan kata kimia adalah kosa kata Barat untuk hal yang sama. Banyak kosa kata dalam ilmu kimia berasal dari bahasa Arab - acid (asam), alkali (basa),alcohol, dst.
Para ahli alkimia berangkat dari proposisi bahwa mungkin bagi kita untuk mengubah satu unsur menjadi unsur yang lain. Mereka mencoba selama berabad-abad untuk menemukan "Batu filsuf", yang mereka percaya akan memungkinkan mereka untuk mengubah logam dasar (timah) menjadi emas. Kalaupun mereka berhasil, tentunya mereka tetap tidak akan mendapat manfaat apa-apa dari situ, karena nilai emas akan langsung merosot senilai dengan timah! Tapi itu cerita lain. Kalau melihat tingkatan perkembangan teknik pada masa itu, para ahli alkimia nampaknya mencoba melakukan sesuatu yang mustahil. Pada akhirnya mereka dipaksa sampai pada kesimpulan bahwa pengubahan [transmutasi] unsur adalah hal yang mustahil. Walau demikian, upaya yang dilakukan para ahli alkimia bukanlah hal yang sia-sia. Dalam pengejaran mereka terhadap hipotesis yang tidak ilmiah itu, batu filsuf, mereka sebenarnya telah melakukan kerja-kerja kepeloporan, mengembangkan seni eksperimen, menciptakan berbagai peralatan yang masih terus digunakan dalam laboratorium-laboratorium masa kini dan merinci dan menganalisa berjenis-jenis reaksi kimia. Dengan cara ini, alkimia telah menyiapkan jalan bagi perkembangan ilmu kimia yang sejati.
Ilmu kimia modern mampu melangkah maju hanya setelah menyangkal hipotesis dasar para ahli alkimia - pengubahan unsur-unsur. Sejak akhir abad ke-18, ilmu kimia berkembang di atas landasan yang ilmiah. Dengan menyingkirkan tujuan-tujuan masa lalu yang penuh khayal itu, ia dapat melompat jauh ke depan. Kemudian, di tahun 1919, ilmuwan Inggris Rutherford melakukan satu percobaan dengan membombardemen inti atom nitrogen dengan partikel alpha. Hal ini mengakibatkan pecahnya inti atom, pertama kalinya hal seperti ini dibuat oleh manusia. Dengan cara itu, ia berhasil mengubah satu unsur (nitrogen) menjadi unsur lainnya (oksigen). Pencarian yang telah berlangsung ribuan tahun di tangan para ahli alkimia itu telah mencapai tujuannya, tapi dengan cara yang sama sekali tidak akan pernah mereka sanggup bayangkan.
Mari kita lihat proses ini lebih dekat lagi. Kita mulai dengan tesis: a) transmutasi unsur; ini kemudian dinegasi oleh antitesisnya b) kemustahilan untuk mengubah satu unsur menjadi unsur lain; yang kemudian digulingkan pula oleh negasi yang kedua c) transmutasi unsur-unsur. Di sini kita harus memperhatikan tiga hal. Pertama, tiap negasi menandai satu kemajuan yang pasti. Kedua, tiap kemajuan akan menegasi tahapan yang sebelumnya, bereaksi melawannya, sambil merawat segala hal yang berguna dan perlu dari tahapan yang dinegasinya. Terakhir, tahapan puncaknya - negasi dari negasi - sama sekali tidak menandai kembalinya kita pada ide awal (dalam hal ini, alkimia), tapi pemunculan kembali bentuk-bentuk awal itu dalam tingkat yang lebih tinggi secara kualitas. Kebetulan, kini mungkin bagi kita untuk mengubah timah menjadi emas, tapi prosesnya terlalu mahal sehingga orang tidak mau repot-repot lagi melakukan itu.
Dialektika menggambarkan proses-proses mendasar yang bekerja di alam raya, di tengah masyarakat dan dalam sejarah perkembangan pemikiran, bukan dalam lingkaran yang bulat, di mana proses-proses sekedar mengulangi diri mereka dalam siklus mekanik yang tanpa henti, tapi sebagai sejenis spiral perkembangan yang terbuka di mana tidak sesuatupun yang berulang persis dengan cara yang sama. Proses ini dapat terlihat dalam sejarah fislafat dan ilmu pengetahuan. Seluruh sejarah pemikiran mengandung proses perkembangan melalui kontradiksi yang tanpa putusnya.
Sebuah teori dikemukakan untuk menjelaskan gejala tertentu. Teori ini secara bertahap diterima orang, baik karena semakin banyaknya bukti yang membenarkannya, atau karena ketiadaan teori lain yang lebih memuaskan. Pada titik tertentu, penyimpangan dari data akan ditemukan, yang mulanya pasti diabaikan sebagai sekedar kesalahan pengukuran. Lalu satu teori baru akan muncul untuk mengkontradiksi teori lama dan untuk menjelaskan fakta-fakta dengan lebih baik. Pada akhirnya, setelah pergulatan yang panjang, teori baru itu akan menggulingkan teori lama yang telah menjadi ortodoks itu. Tapi, pertanyaan-pertanyaan baru akan terus muncul, yang pada gilirannya harus pula diselesaikan. Seringkali, nampaknya kita kembali pada ide-ide yang sebelumnya telah dibuktikan keliru. Tapi, hal ini tidaklah berarti kembali pada titik nol. Yang kita lihat di sini adalah proses yang dialektik, yang melibatkan pemahaman yang semakin dalam atas bekerjanya alam, masyarakat dan diri kita sendiri. Inilah dialektika sejarah filsafat dan ilmu pengetahuan.
Joseph Dietzgen, seorang kawan Marx dan Engels, pernah berkata bahwa seorang tua yang merenungkan kembali seluruh hidupnya boleh jadi akan melihatnya sebagai serangkaian kesalahan yang, jika ia dapat memutar balik waktu, pastilah akan coba diperbaikinya. Tapi, kemudian ia akan terbentur pada kontradiksi dialektikal bahwa hanya melalui kesalahan-kesalahan itulah ia dapat sampai pada kebijaksanaan yang dimilikinya sekarang, yang membuat ia sanggup melihat dan mengakui perbuatan-perbuatan itu sebagai suatu kesalahan. Seperti yang telah diamati secara teliti oleh Hegel, telaah-diri yang dilakukan seorang muda tidak akan pernah memiliki bobot yang sama dengan yang dikemukakan oleh seorang yang pengalaman hidupnya telah menghasilkan isi dan makna yang tinggi. Keduanya dapat mengemukakan hal yang sama, tapi isi di dalamnya tidak sama. Apa yang di masa muda merupakan pemikiran yang abstrak, yang tidak ada atau sedikit isinya, kini adalah hasil dari sebuah refleksi yang matang.

Kejeniusan Hegel telah membawanya memahami sejarah berbagai aliran filsafat sebagai proses yang dialektik yang telah dialami oleh masing-masing pemikiran itu sendiri. Ia membandingkannya dengan kehidupan sebatang tanaman, yang melalui berbagai tahap, yaitu saling mengisi satu sama lain, tapi yang, dalam keseluruhannya, menyusun kehidupan tanaman itu sendiri: "Semakin pikiran menganggap bahwa pertentangan antara benar dan salah adalah hal yang tetap, semakin ia terbiasa untuk mengharapkan atau persepakatan atau ketidaksepakatan dengan sistem filsafat tertentu, dan melihat bahwa salah pernyataan pembenar dalam salah satu sistem itu adalah benar. Ia tidak akan melihat berbagai sistem filsafat sebagai sekedar evolusi progresif atas kebenaran, ia hanya akan melihatnya sebagai kontradiksi antara varian-varian kebenaran. Kuncup akan runtuh ketika kelopak mekar, dan kita akan mengatakan bahwa kuncup itu ditolak oleh kelopak; dengan cara yang sama ketika buah muncul, kuncup dapat dilihat sebagai bentuk semu dari keberadaan tanaman tersebut, karena buah akan terlihat dalam watak sejatinya yang menggantikan kuncup. Tahapan-tahapan ini bukan saja berbeda satu-sama lain, mereka saling menggantikan karena yang satu tidaklah dapat hidup bersama yang lain. Tapi, aktivitas tanpa henti dari ciri inheren mereka, pada saat bersamaan, mengikat mereka semua menjadi satu kesatuan organik, di mana mereka bukan hanya saling mengkontradiksi satu sama lain, tapi di mana yang satu adalah sama pentingnya dengan yang lain; dan hanya keharusan yang setara sepanjang waktu inilah yang menjadikan dirinya sebagai satu kehidupan yang utuh. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Struktur Lengkap Dari Suatu Unsur

Tugas 3 : Refleksi 3
                   
Lokana Firda Amrina
15709251055 / Pend.Matematika D


Suatu hal memiliki struktur lengkap jika terdiri atas eksistensi dan intensi. Unsur yang dieksistensikan harus berada dalam sisi ruang dan waktu. Jadi, suatu unsure dalam ruang dan waktu yang dieksistensikan yaitu timeline atau unsur yang sesuai dengan sejarahnya. Pada setiap titik sejarah itu dapat dieksistensikan dalam sisi ruangnya. Ruang itu adalah keanekaragaman dan dimensinya. Sedangkan intensi setiap titik dari suatu unsure akan ditemukan kedalamannya. Timbul sebuah pertanyaan, Ekstensi dan intensi yang seperti apa yang diinginkan dalam sebuah unsur? Jawabannya yaitu Ekstensi dan intense seperti yang dikehendaki oleh para filsuf, matematikawan, dan para ilmuan, supaya unsur yang ingin kita jelaskan tersebut valid, dapat dipercaya dan akuntabel. Kerangka dari suatu unsure dilihat dari struktur ontologisnya, karena tidak ada yang lebih dalam lagi dari yang ada dan yang mungkin ada jika dikaitkan dengan pemikiran kita. Lain hal jika dikaitkan dengan hati dan spiritual maka yang lebih dalam yaitu kuasa Allah SWT atau yang disebut spiritualitas. Untuk menentukan unsure ontologisnya, caranya yaitu ambil yang paling dasar yang dapat dieksistensikan kedalam ruang dan waktu. Ciri-ciri unsure dasar dalam filsafat adalah suatu istilah yang sudah singular. Melihat masa depan itu bergantung dengan teknologi yang digunakan. Untuk eksistensi itu sendiri, pertama tergantung dari sejauh mana mengalir timeline suatu zaman dari unsure tersebut, kedua ditentukan oleh pemikiran para filsuf dan ketiga adalah kedalamannya dan hakekatnya. Secara singkat dapat dimulai dari hakekat suatu unsur, epistemology unsure tersebut, estetika dan etnik dari unsure tersebut. Selain unsur, dari yang ada dan yang mungkin ada bisa diarahkan dengan pemikiran para filsuf, bukan dengan pemikiran kita sendiri, dan hindari hipostetikal analisis. Dari suatu unsur, kemudian diteliti dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berdimensi maka dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan simulasi dari kehidupan sehari-hari, dari yang ada dan yang mungkin ada seputar dari apa yang kita fikirkan, contohnya makan dan minum.
Suatu unsure diambil dari kata benda dan kata sifatnya. Dalam membuat eksistensi, harus menggunakan sistematika yaitu timeline dari pemikiran para filsuf contohnya, zaman Yunani berpikir tentang suatu unsure tersebut seperti apa, secara filsafat, suatu unsure tidak bisa diparsialkan dan harus komprehensif. Komprehensif artinya pikiran didalam pikiran dan pikiran diluar pikiran, tenatng siapa yang berbicara mengenai unsure tersebut, dan bagaimana penjelasan unsure tersebut, mengakui hingga menembus ruang dan waktu yaitu masuk kedunia kegelapan sampai dunia pencerahan yang ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh modern seperti Socrates, dan David Dume hingga Agust Comte. Untuk epsitemologi, hal tersebut berkenaan dengan bagamana pemikiran orang lain untuk sekarang dan dahulu. Hal apa saja yang dapat disimulasikan. Eksistensi memiliki dimensi spiritual sehingga, unsure apapun dapat diambil termasuk struktur yang tergantung pada pengambilan struktur tersebut. Pengambilan struktur harus sesuai pemikiran para filsuf. Interaksi suatu struktur dengan hal yang lainnya adalah metode hermeutika.
Sebagai penutup, dari sekumpulan golongan manusia itu ditandai dengan adanya kebenarannya masing-masing. Ada golongan manusia yang kebenarannya berdasarkan Tuhan, disebut Spiritualisme. Ada golongan manusia yang kebenarannya berdasarkan, disebut kaum kapitalisme. Ada golongan manusia yang kebenarannya berdasarkan manfaat, disebut utilitarisme. Ada golongan manusia yang kebenarannya berdasarkan kenikmatan, disebut hedonism. Ada golongan manusia yang kebenarannya berdasarkan benda, disebut materialism. Secara filsafat, sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dapat ditambahkan “isme”.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ekstansi dan Estensi

Tugas 3 : Refleksi 3
                   
Lokana Firda Amrina
15709251055 / Pend.Matematika D


Struktur itu seperti yang kita ketahui, mencari unsur ontologis. Filsafat unsur ontologis, matematika merupakan unsur yang tidak didefinisikan sampai yang bisa didefinisikan. Kalau biologi unsur DNA, kalau psikologi satuan unit pemahaman, jika statistik unit peristiwanya seperti apa. unsur ontologis dalam filsafat merupakan objek dari filsafat yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada melingkupi semuanya, yang bisa dipikirkan oleh manusia. Unsur dasar itu merupakan unsur yang tidak bisa digali lagi. Dalam ilmu fisika disebut atom. Filsafat ilmu harus dikenalkan filsafatnya dulu sebelum ilmunya. Yang paling tinggi dalam pikiran kita yaitu filsafat. Pembedaan filsafat dari yang ada pada metode hermenitika:
1.      Tetap
Tetap terjadi di dalam pikiran. Di dalam pikiran yang dinalar. Sesuatu yang dinalar disebut rasionalisme dengan tokoh plato Permendikjes. Filsuf  tertua menyebutkan bahwa segalanya itu tetap.
2.      Berubah
Berubah terjadi diluar pikiran, Yang diluar pikiran yang dialami atau pengalaman. Tetap berada di real yang disebut aliran realism dengaan tokoh aristoteles, Era krektos .Filsuf tertua segalanya berubah menyebutkan bahwa segalanya itu berubah

Pikiran yang tetap itu bersifat Analitik contohnya apriori. karena apriori bersifat tetap sehingga apriori itu adalah konsisten. Maka kebenarannya bersifat koheren sehingga alirannya koherentisme.
Realism memiliki kebenaran yang cocok, cocok dengan persepsi, cocok itu apa?cocok itu korespondensi maka muncul aliran korespondentionalisme. Jika kita bicara benar tergantung orangnya, benar mapa nya dulu. Karena adanya dunia-langit, daksa-dewa, anak-anak-orang dewasa, dunianya anak-anak adalah dunia persepsi pakai panca indera. Bukti matematika memerlukan konsistensi maka hukumnya identitas yang disebut tautologi. Hukumnya kontradiksi, berlaku sifat sintetik yaitu aposteriori, apriori itu paham walau belum ada kejadian karena berdasarkan konsistensi pikiran matematika dan logika. Aposteriori paham setelah ada peristiwanya. Untuk ancaman, ada kosong contohnya omong kosong dan buta contohnya membabi buta. Orang berjuang supaya pikiran tidak kosong dan tindakan tidak buta maka sehebat2 nya pikiran mu maka harus bisa diturunkan dan diterapkan (hermenitika), sehebat2nya pengalamanmu maka harus bisa diceritakan. Sifat yang lain yaitu ideal, bersifat absolut, terbebas dari ruang dan waktu, karena terlepas dari ruang dan waktu maka 2 + 5 = 7 itu benar.namun karena terikat dengan ruang dan waktu maka 2 diikat oleh ruang buku dan 5 diikat oleh ruang pensil sama dengan 7 buah buku maka menjadi salah hal itulah yang disebut kontradiksi dan identitas, A = A dan A tidak sma dengan A, sehingga matematika murni hanya benar ketika ada didalam pikiran sehingga jika diturunkan maka menjadi salah. Deesckartes mengatakan tiadalah ilmu tanpa rasio, komte mengatakan tiadalah ilmu tanpa rasio. Ada sintetik, aposteriori, analitik dan apriori. Karena berabad-abad maka muncul aliran epirisisme. Bukanya  berjudul positifisme sehingga terdapat dasar membangun dunia dimana tergantung dapat banyak orang yang tidak mengerti. Nah hal itu berjalan terus, aspeknya ada tinggal yang dibuat bapak yaitu struktur.
Indonesia, struktur yang paling dasar adalah materi. Formal yang diatasnya normatif. (struktur kekinian atau kontemporer). Naik diatasnya triball, diatasnya tradisional, feodal, modern dan kekinian. Diatasnya post modern/priode, diatas post post post modern yang disebut powernow yang disebut kontemporer. Pilar-pilarnya kapitalisme, pragmatisme, utilitarian, hedonisme, materialism, liberalism. Sebanar-benarnya kapitalisme adalah dirimu sendiri.






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sudut : Salah satu sebab terjadinya ruang dan waktu



Berbicara mengenai sudut, tentu dalam pikiran kita terbayang suatu titik pada ujung yang merupakan tempat bertemunya antar ujung sisi-sisi suatu model bangun ruang. Umumnya sudut terbentuk bertemunya lebih dari dua ujung garis/bidang. Sesuatu yang terbentuk maka akan membentuk ruang dan waktu. Dalam matematika sudut didefinisikan sebagai bidang diantara dua garis yang bertemu pada satu titik. Susut merupakan bagian penting dari suatu tata ruang baik trigonometri maupun bangun ruang.
Cabang matematika yang banyak menggunakan sudut adalah trigonometri. Menentukan panjang sisi dengan besar sudut, menentukan besaran sudut sehingga ketercapaian akan lebih praktis dan efisien. Mengkaji masalah sudut, terutama sudut segitiga yang masih berhubungan erat dengan geometri. Sedangkan pada aplikasinya dapat diterapkan pada ilmu astronomi seperti penghitungan ilmu falak untuk menentukan arah kiblat.
Sudut memiliki berbagai macam seperti sudut lancip, sudut siku-siku dan sudut tumpul. Sudut-sudut ini memiliki ciri besaran yang berbeda dan khas.  Ke-khas-an itu sendiri yang ditentukan dari besaran derajat pada lingkaran yang besarnya 360 derajat. Sudut lancip besarnya kurang dari 90 derajat, sudut siku-siku besarnya 90 derajat dan sudut tumpul yang besarnya lebih dari 90 derajat. Semakin besar sudutnya semakin besar pula ruang yang dimiliki oleh bangun tersebut.

Sama halnya manusia, memandang sudut merupakan suatu cara pandang tersendiri. Setiap manusia memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai suatu hal. Semakin banyak ia membaca dam memiliki wawasan maka ia memiliki cara pandang yang lebih kompleks. Begitu pula sebaliknya, semakin ia kurang berwawasan maka cara ia memberikan sudut pandang suatu hal akan lebih sempit. Sebagai manusia pembelajar tentunya satu hal penting bagi kita untuk selalu menambah pengetahuan baik dilingkungan internal maupun eksternal sehingga dalam menghadapi masalah apapun kita mampu memberikan solusi dari sudut pandang manapun. Semakin berwawasan, semakin cepat pula terciptanya ruang dan waktu yang baru.

Lokana Firda Amrina
PM D / 15709251055 / Matematika Model
Prof. Dr. Marsigit, M.A.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wadah : landasan kebenaran, Isi : eksplorasi kebenaran

Karena kebenaran memiliki sifat "ada" adalah sesuatu yang paling mendasar pada semua struktur yang terbentuk di dunia ini maupun dunia matematika di alam pikiran manusia...



Dunia matematika model menggunakan hermeutika. Meniru matematikawan murni, yaitu berfikirnya menggunakan landasan maka disebut kaum foundalism. Dunia ini memiliki dua hal yaitu berlandasan atau tidak. Mengkaji statement tersebut kita pun menilik jendela dunia nyata, bahwa statement tersebut benar-benar dekat dengan kehidupan. Bahwa agama yang diyakini memiliki landasan untuk melakukan peritah dan menjauhi larangan, bergaul dengan sesama memiliki landasan adab, berbicara memiliki landasan kejujuran, dan lain sebagainya yang tentu melakukan segala sesuatu harus berlandaskan dengan ilmu yang benar.
Kebenaran yang kita lakukan, yang berdasarkan dengan ilmu benar tentunya sewaktu-waktu dapat dibuktikan kebenarannya atau cara bernalar yang ada. Menurut Prof. Marsigit, M.A. bahwa struktur yang paling mendasar adalah “wadah dan isi”. Ketika kita menelaah makna dari wadah dan isi, mengandung makna yang sangat mendalam. Wadah diibaratkan dasar yang membentuk dan isi adalah segala sesuatu yang terbentuk.
Wadah, membentuk segala sesuatu yang mengisi ruang wadah tersebut. Hal tersebut menjadi dasar keberagaman kebenaran. Membentuk karakter baik secara kualitas maupun kuantitas. Wadah gelas di isi air maka akan berbentuk gelas, begitu pula dengan pikiran yang mewadahi pengetahuan kita. Wadah ilmu kita sehat, baik dan benar maka secara otomatis pengetahuan yang kita miliki mengandung pemikiran dan pengetahuan yang sehat, baik dan benar. Tentunya dengan pemikiran dan pengetahuan yang sehat, baik dan benar akan melandasi seseorang berbuat kebaikan dan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak langsung, pemikiran dan pengetahuan yang sehat, baik dan benar menjadi wadah dari sikap seseorang sehari-hari. Begitulah, bahwa isi mengikuti wadah dan bentuk wadah tereksplorasi melalui isi yang mengisi wadah tersebut.

Cara berpikir matematika ini lah memiliki landasan “ada” bukan “mengada” sehingga keberadaan yang dilakukan memiliki landasan kebenaran yang ada, bukan pengandaian seolah hal tersebut ada. Matematika memiliki cara berpikir matematis, memiliki landasan yang sistematis dan berurut sehingga dalam pencapaiannya secara struktur lebih jelas dan nyata terutama dalam menghadapi persoalan lingkungan baik dunia diri maupun dunia luar. Persoalan hidup, landasan berpikir dan diri kita memiliki garis yang lurus, sehingga sebenarnya dengan mudah kita mampu mencapai jalan keluar namun yang membelokkan manusia pada garis lurus tersebut adalah dosa atau perbuatan tercela yang menutupi mata hati dan pikiran manusia sehingga manusia tersebut tidak menemukan titik terang jalan keluarnya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia hendaknya mampu meletakkan foundalism sebagai pegangan dalam berbuat atau bersikap sehingga kita tidak melakukan “mengada” yang seolah itu hal yang ada, karena itu justru akan menggelapkan jalan keluarnya setiap persoalan hidup kita.

Lokana Firda Amrina
PM D / 15709251055 / Matematika Model
Prof. Dr. Marsigit, M.A.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wadah dan Isi

Tugas 2 : Refleksi 2
                   
Lokana Firda Amrina
15709251055 / Pend.Matematika D


Kita di dalam kuliah matematika model menggunakan metode hermeneutika (menerjemahkan dan diterjemahkan). Matematikawan murni adalah salah satunya yang menggunakan hermeneutika. Kita bisa meniru dari mereka. Matematikawan murni itu berfikirnya menggunakan landasan maka matematikawan murni disebut kaum foundationalism. Di dunia ini ada dua dalam berpikir yaitu berlandasan atau tidak berlandasan. Contoh hidup  berlandasan: berkeluarga itu landasannya menikah, beragama landasannya kitab suci atau keyakinan. Contoh hidup tidak berlandasan : berpikirnya anak kecil.  Anak kecil tidak menggunakan landasan dalam berpikir, misalnya dia mengerti tentang besar kecil, jauh dekat, panas dingin. Tidak berlandaskan karena tidak berdasar definisi. Landasannya adalah pergaulan atau pengalaman. Anak kecil berpikir dalam matematika menggunakan intuisi.
Ilmu landasannya, yaitu foundationalism dan institutionalism. Kalau matematika dengan foundationalism dengan matematika murni maka landasannya membuat definisi, jangankan definisi dalam matematika model, “yang ada” juga berstruktur, model. Struktur dari yang ada adalah wadah dan isi. Jika yang ada aja mempunyai struktur apalagi definisi. Definisi dari matematika murni juga berstruktur. Definisi terdiri dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan. Unsur dasar dari yang “tidak didefinisikan itu “ adalah”. Tidak ada yang dapat mendefinisikan “adalah”. Dewa saja tidak bisa mendefinisikan “adalah”. Unsur mendasar paling mendasar dari filsafat adalah definisi. Jika orang mendefinisikan himpunan ialah “bilangan”, “sama dengan”, “adalah”. Hal tersebut merupakan unsur primitif yang tidak perlu untuk didefinisikan. Semua unsur primitif itu kategori “yang ada” dan pasti mempunyai struktur. Strukturnya adalah wadah dan isi. “Adalah” mempunyai struktur. “Sama dengan” itu wadah tapi maksudnya menghubungkan antara predikat dengan subyeknya.
Tak diungkapkan, tak dikatakan itu sudah ada sebelum manusia lahir. Dari struktur “adalah” saja sudah bisa di timeline-kan. Jika kurang bermakna ditambah unsurnya, misalnya definisinya. Hal yang dilakukan oleh orang matematika yaitu penggalan di “kebun rayanya matematika”. Unsur yang berdefinisi akan membentuk sebuah definisi, bangunan maka orang matematika membentuklah yang namanya aksioma. Aksioma adalah hubungan antara definisi. Aksioma pertama memiliki struktur yang besar lalu digabung dengan aksioma lain menjadi teorema. Teorema memiliki struktur yang lebih besar dari aksioma. Matematikawan murni tugasnya hanya membuat teorema, dan teorema itu tidak kontradiksi dengan teorema yang lainnya. Itulah yang dinamakan identitas dan tidak bersifat kontradiksi. Tautologis, teorema kesepuluh ribu sama dengan teorema pertama atau bagian-bagiannya. Tak peduli ruang dan waktu matematikawan dipakai atau tidak akan tetapi ada prinsip bahwa ada logikanya, ada konsistensinya, ada identitasnya maka dunia dibawahnya  memiliki prinsip yang sama sehingga matematika terpakai. Kalau matematika murni terbebas dari ruang dan waktu, tetapi tidak terlepas dengan unsur-unsurnya, maka rumus itu banyak. Rumus itu struktur, struktur itu juga rumus. Contoh, bidang lurus, bidang datar, segitiga, lingkaran mereka punya rumus masing masing. Kalau dijadikan satu disebut mono, ketunggalan. Filsafat juga kalau dijadikan satu itu dinamakan ketunggalan, kuasa Tuhan. Jika rumusnya sulit maka kuasa Tuhan. Hal tersebut disebut monoisme. Struktur kuasa Tuhan paling tinggi, melingkupi semuanya. Gambaran tersebut sebagai gambaran dalam matematika model, hanya diekstensikan.
Jika filsafat itu intensi sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, salah satu diekstensikan dalam ruang dan waktu. Definisi misalnya sudah ada semenjak kita belum lahir. Plato mendefinisikan matematika itu lengkap. Seorang idealis mengatakan matematika itu sudah ada tapi belum menemukan. Sebagian orang belum menemukan matematika karena sebagian dosanya diikat oleh badannya yang kotor. Dalam filsafat, tidak ada yang lebih dalam dan tidak ada yang lebih sederhana kecuali yang ada. Struktur dari yang ada adalah wadah dan isi. Wadah dan isi lalu ditimeline-kan. Wadah di didalam pikiran, siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan menghasilkan idealisme. Wadah di luar pikiran, benda yang konkret.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tulisan : Kehidupan Abadi


Senin (22/2)  Mahasiswa Pendidikan Matematika Pascasarjana di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menuai  banyak inspirasi yang kita tangkap dari perkuliahan Matematika Model oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. Dari awal perkuliahan ini beliau mengajak kami untuk berfikir dan berbuat. Tidak banyak yang kami tulis dari materi pengantar, namun banyak hal yang kita tangkap sebagai proses berfikir.
Target 600 komen di postingan blog, bukanlah perkara yang mudah. Bagi kami terbayang oleh waktu dan berbagai pekerjaan disamping kuliah. Sebagian besar postingan tersebut menuliskan hal yang berfilsafat yang diolah dengan gaya tulisan yang berbeda-beda. “Sabar dan Ikhlas” adalah kunci yang diberikan oleh beliau kepada kami untuk bisa membuka dan menikmati bacaan beserta komentar yang akan kita kaitkan pada kolom komentar. Perihal ini, secara tidak langsung mengajak kita untuk selalu membaca dan menulis, tidak hanya membaca saja. Sehingga ada transfer keilmuan dan inspirasi yang tergabung dengan pengalaman sebelumnya dengan pengalaman yang diperoleh saat membaca.
Inspirasi yang saya tangkap dari perkuliahan ini adalah perlunya kita membaca, dari yang kita baca tentu akan mempengaruhi pikiran kita baik membuka wawasan khasanah keilmuan, menambah perbendaharaan kata dan gaya tulisan, menambah pengolahan cara berfikir. Berfikir adalah proses aktivitas dalam otak kita untuk memperoleh suatu kesimpulan. Kesimpulan itulah yang menyatakan kepahaman kita tentu dengan mampu menjelaskan dan menuliskannya. Kepahaman yang tersirat dalam pikiran kita akan membentuk pemikiran-pemikiran yang lain baik masih lingkup tema yang kita baca maupun diluar tema tersebut. Belum bisa menyimpulkan, pikiran itu hanya akan mengendap dan hilang dari memori. Kebiasaan membaca inilah yang semestinya kita budayakan setiap harinya.
Selama ini kita tidak pernah tau kapan takdir kematian akan datang. Kematian itu pasti, cepat atau lambat dan kepada siapapun yang mengalami hidup. Setelah itu, selesailah segala urusan kita didunia termasuk apa yang kita miliki pasti akan lenyap seketika. Seketika itu semua harta menjadi milik orang lain, bergulir terus begitu. Benda kesayangan dan kita perjuangkan untuk mendapatkannya, bahkan nama baik kita sedikit demi sedikit lenyaplah dari pembicaraan orang-orang sekitarnya. Namun, ada satu hal yang tak akan pernah mati sekalipun seorang itu sudah tiada. Yaitu Tulisan. Tulisan akan mengalirkan banyak ide atau khasanah keilmuan si penulis. Sekalipun orang tersebut sudah menghilang atau bahkan meninggal tentu akan terjaga nama baiknya, status dirinya atau bahkan keluarga yang ditinggalkan, jelas senjata obyektif untuk mempengaruhi pikiran posiif pembaca. Disebut senjata obyektif karena tulisan adalah bahasa dalam pikiran yang banyak diapresiasikan oleh pembaca.
Pengamalannya butuh pembiasaan, mulai dari pembiasaan membaca setiap harinya hingga kebiasaan menuliskan setiap kejadian atau peristiwa yang dialaminya. Kebiasaan itulah akan terasah dan akan terus meningkat hingga tulisan kita diperhitungkan di media publikasi atau media masa. Karena itu butuh sekali ketelatenan dalam mengasah kemampuan ini, kuncinya adalah rutin menulis.
Nilai amalan yang terkandung dalam tulisan akan tetap mengalir sebagai amalan jariyah yang tak akan pernah putus di akherat. Amalan yang akan terus mengalirkan pada dia yang memiliki tulisan sekalipun ia sudah tidak ada. Karena tulisan adalah ilmu, buah pikiran dan pemikiran manusia. Tanpa disadari pun akan menginspirasi pembaca. Tulisan merupakan ilmu yang tak pernah mati, tubuh yang tak pernah rapuh dan temaram di setiap kegelapan, tak bernyawa namun memberikan kehidupan abadi bagi sang pemilik karya.

Lokana Firda Amrina
15709251055
PM D
lokanafirda@blogspot.co


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Popular Posts

Ads